Menag Sebut Tajug dan Fakir Miskin Simbol Keseimbangan Beragama

By Admin


nusakini.com-Cirebon -Disebutkan bahwa Sunan Gunung Djati Syekh Syarif Hidayatullah pernah menitipkan dua hal kepada masyarakat, khususnya Cirebon. Kedua hal itu adalah tajug (masjid) dan fakir miskin.  

"Isun titip tajug lan fakir miskin," demikian bunyi pesan sang Sunan. Menag Lukman Hakim Saifuddin menilai pesan tersebut sangat relevan dengan kondisi sekarang.  

"Pesan itu tentang simbol keseimbangan dunia dan akhirat. Beragama bukan semata untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga bagaimana menebar kemaslahatan bagi manusia," ujar Menag saat memberikan sambutan pada penutupan Festival Tajug Hari Santri 2018 di Alun-alun Kasepuhan Cirebon, Senin (22/10). 

Hadir dalam kesempatan ini, Mustasyar PBNU KH Maruf Amin, Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhanan Cirebon PRA Arief Natadiningrat, Waketum PBNU KH Ma'shum Mahfudh, Walikota Cirebon, 12 Raja-Raja Kesultanan Nusantara, serta ribuan santri dan masyarakat Cirebon. 

Sehubungan itu, Menag mengajak santri menjaga keseimbangan kehidupan ukhrawi (tajug) dengan kepedulian sosial. Dalam dakwah misalnya, santri harus mampu menyamaikan ajaran agama dengan bahasa kasih sayang. 

"Kita harus menjaga ceramah keagamaan kita di rumah ibadah agar tidak untuk menyampaikan hoax, fitnah, caci maki, dan ujaran kebencian. Tidak pada tempatnya rumah ibadah digunakan untuk menebarkan bentuk seperti itu," pesannya.  

"Itulah kenapa pesan perdamaian penting dan dijadikan tema hari santri tahun ini," tandasnya.  

Festival Tajug berlangsung dari 20 - 22 Oktober 2018. PRA Arief berharap festival ini dapat digelar setiap tahun. (p/ab)