Kala Menag Bicara Moderasi Beragama Lewat Penggalan Lagu Chrisye

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Suasana Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jalan MH Thamrin mendadak hening, ketika tiba-tiba Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengajukan sebuah pertanyaan, Jumat (17/05). 

"Saya ingin bertanya. Jika selama ini kita menjalankan ajaran agama kita, beribadah sesuai ajaran agama kita, apa sebenarnya tujuan kita? Apa karena kita takut neraka? Dan inginkan surga? Apa tujuan kita?" tanya Menag.  

Ratusan pasang mata pun bergeming menatap Menag yang tampil mengenakan pakaian serba putih. Hadirin yang terdiri dari pejabat eselon III dan IV serta para pegawai honorer di lingkungan Kemenag seakan terhipnotis dengan pertanyaan orang nomor satu di Kementerian Agama itu.  

"Saya teringat satu lagu yang dipopulerkan oleh Chrisye yang memiliki makna sangat dalam," lanjut Menag.  

Jika surga dan neraka tak pernah ada, 

masihkah kau bersujud kepadaNya. 

Jika surga dan neraka tak pernah ada,  

Masihkah kau menyebut namaNya. 

Tiba-tiba Menag Lukman menyenandungkan bait syair di atas. Penggalan lagu "Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada" karya Ahmad Dhani tersebut memang cukup populer saat dinyanyikan kembali oleh Chrisye.  

Menurut Menag, ada sebagian orang yang beribadah mungkin karena ia takut akan neraka. Tapi ada juga sebagian yang lain menjalankan agama karena ia ingin masuk surga.  

"Apapun alasan seseorang, yang terpenting kita jangan mengklaim kalau kita yang paling benar, dan orang lain salah," tandas Menag.  

Menag pun menuturkan, ia ingin mengingatkan jajarannya tentang esensi beragama melalui penggalan lagu tersebut. Menurut Menag, penting untuk memahami hakikat beragama. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi cara seseorang beragama. 

Dalam kurun tiga empat tahun belakangan, menurut Menag, Kementerian Agama secara konsisten menyerukan tentang moderasi beragama. Menag berharap pertemuannya sore ini, selain menjadi ajang silaturahmi juga menjadi tempat menyamakan persepsi dan cara pandang dalam beragama. 

Ia menambahkan, ada kelompok yang dalam beragama menafsirkan kitab suci dengan cara yang amat tekstual. Sementara ada juga yang menafsirkan kitab suci dengan mengandalkan akal pikirannya saja.  

"Moderasi beragama sebenarnya adalah upaya agar yang berlebihan itu kita rangkul untuk kembali ke tengah," kata Menag.  

Cara pandang semacam ini yang ia harapkan dimiliki oleh seluruh keluarga besar Kementerian Agama. "Ini penting, kita memiliki cara pandang yg sama, karena kita bagian yg tidak terpisahkan dari kementerian agama," pesan Menag.  

Dalam kesempatan silaturahmi yang dirangkaikan dengan buka bersama tersebut, Menag secara simbolis menyerahkan bingkisan bagi tenaga honorer dan outsourcing di lingkungan Kemenag pusat. Menag mengaku amat mengapresiasi keberadaan para tenaga honorer dan outsourcing yang ada di Kemenag.  

Sebagian dari mereka bertugas sebagai office boy maupun security di Kantor Kemenag. "Saya mengucapkan rasa terimakasih yang tiada terhingga. Karena selama ini saudara yang telah membantu keberlangsungan kantor Kementerian Agama," kata Menag.  

Tampak hadir mendampingi Menag, Sekretaris Jenderal Kemenag M. Nur Kholis Setiawan, Direktur Penerangan Agama Islam Juraidi, Kepala Biro Umum Syafrizal, serta Kabag TU Pimpinan Khoirul Huda. Acara juga dihadiri oleh para Staf Ahli dan Staf Khusus Menteri Agama serta tamu undangan. (p/ab)