Globalisasi, Antara Ancaman dan Kesempatan

By Admin

nusakini.com--Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mardiasmo mengatakan proses globalisasi telah menciptakan suatu sistem yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait. Ketidakpuasan terhadap globalisasi datang dalam kekuatan besar terutama disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan kurangnya tingkat lapangan pekerjaan. 

"Sayangnya, kepentingan politik berulang kali mengganggu dan menggunakan ketidakpuasan ini untuk menyangkal manfaat dari globalisasi dan dengan panik mengarah ke kebijakan-kebijakan berbahaya yang berwawasan ke dalam yang dapat menciptakan kerusakan yang lebih besar. Situasi ini dapat menyebabkan perang dagang yang hanya akan menghambat pengembangan pemulihan global," ujarnya. 

Hal tersebut disampaikan Wamenkeu dalam keynote speechnya pada acara Hadi Soesastro Policy Forum 2018 on Joining Global Production Networks: Has Indonesia Missed The Boat and Book Launch on Indonesia in The New World: Globalization, Nationalism and Sovereignty.  

Acara tersebut diselenggarakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bekerjasama dengan Australian National University (ANU) bertempat di CSIS Auditorium Pakarti Centre Building, Jakarta pada Senin (09/07). 

Ia menambahkan, Indonesia adalah negara terbuka dan mendukung globalisasi yang akan memberikan keuntungan bersama. Namun, dalam proses globalisasi, ada kesenjangan kapasitas antara berbagai kelompok. Oleh karena itu, tidak mungkin menerapkan globalisasi murni karena mempertimbangkan mandat konstitusional bagi pemerintah untuk menjaga kesetaraan, integritas dan kedaulatan. 

"Tujuan kemitraan adalah mencari solusi win-win. Ini bukan permainan zero-sum. Indonesia percaya bahwa interaksi global mengarah pada saling menguntungkan, perdamaian dan keadilan. Kami menentang tindakan tidak adil yang hanya akan menciptakan kerusakan ekonomi global seperti yang telah ditampilkan oleh beberapa ekonomi besar baru-baru ini," tegasnya. 

Ia menambahkan, dunia yang terintegrasi dan keterbukaan telah menciptakan peluang bagi negara melalui perdagangan, spesialisasi, teknologi, dan penyebaran pengetahuan. Faktor-faktor ini berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas, pertumbuhan, kemakmuran negara dan rakyatnya.  

"Data menyatakan bahwa, misalnya, satu dekade sebelum krisis keuangan global ketika integrasi perdagangan meningkat, pertumbuhan volume perdagangan bisa mencapai 6,9 persen dan pertumbuhan PDB global mencapai rata-rata 4,3 persen. Namun, setelah krisis keuangan global di mana intensitas perdagangan cenderung datar bahkan melambat, pertumbuhan perdagangan global telah menurun lebih dari setengah dan pertumbuhan PDB turun di bawah 3 persen," pungkasnya. (p/ab)