nusakini.com--Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Belarus, Wahid Supriyadi, membuka Indonesian House akhir pekan lalu di kota paling timur Rusia, Vladivostok.

Pembukaan dilakukan di tengah-tengah kehadiran Dubes pada perhelatan forum ekonomi terbesar kedua di Rusia “Eastern Economic Forum”. Ini adalah Indonesian House kedua yang dibuka di Vladivostok setelah sebelumnya Dubes Djauhari Oratmangun membuka hal yang sama pada tahun 2015.

Berbeda dari yang pertama yang fokus pada produk kopi, Indonesian House kedua ini lebih fokus pada produk furnitur dan barang-barang antik serta kebutuhan interior baik hotel maupun restoran. Dalam kesempatan tersebut Dubes Wahid sempat melakukan diskusi dengan sekitar 20 pengusaha lokal baik yang sudah melakukan bisnis maupun tertarik untuk berbisnis dengan Indonesia. 

Dalam sambutan pembukaan Dubes Wahid mengapresiasi minat para pengusaha di Vladivostok untuk melakukan investasi dan berbisnis di Indonesia. 

“Momentumnya sangat tepat. Setelah kunjungan Presiden Jokowi ke Sochi bulan Mei yang lalu, minat pengusaha di kedua negara untuk melakukan bisnis sangat tinggi. Festival Indonesia yang baru diselenggarakan tanggal 20-21 Agustus lalu juga membuktikan hal itu” ujar Wahid yang baru menjabat sebagai Dubes di Moskow selama 5 bulan. 

Wahid juga menambahkan bahwa di tengah melemahnya perdagangan dunia, perdagangan Indonesia-Rusia pada kuartal pertama meningkat sekitar 17%, demikian juga kunjungan wisman asal Rusia yang selama Januari-Juni tahun ini meningkat 17,5%. Disamping itu, Presiden Vladimir Putin saat ini sedang menyurahkan perhatiannya untuk mengembangkan Vladivostok sebagai pintu gerbang perdagangan Rusia dengan negara-negara di Asia Pasifik. 

Indonesian House yang diprakarsai oleh pengusaha Rusia, Olga G. Bagryantseva sejak tahun 2015 telah mengimpor produk furnitur dan barang antik senilai sekitar USD 23 juta dari Indonesia. Untuk membuktikan hal itu Dubes Wahid yang didampingi Minister Counsellor Pensosbud Darmawan Suparno, Minister Counsellor Ekonomi Kiki Tjahjo Kusprabowo dan Atase Perdagangan Heryono Hari Prasetyo sempat “blusukan” ke restoran papan atas bernama “Portcafe.“

Hampir seluruh perabotan serta interior desain café tersebut berasal dari Indonesia. Salah seorang dari 3 pemilik restoran yang sebelumnya adalah pemain band rock asal Rusia, Edward, mengatakan bahwa sekitar 80% perabotan dan ornamen interiornya berasal dari Indonesia.

Pemilik tersebut meminta saran Dubes menu apa yang sebaiknya disajikan di restorannya mengingat selama ini mereka hanya meyajikan masalah Eropa dan Asia lainnya. “Nasi goreng dan sate” jawab Dubes dengan menjelaskan bahwa dalam festival tempo hari dua jenis makan itulah yang paling diserbu oleh masyarakat Rusia. Dubes bahkan menjanjikan akan mendatangkan chef dari Indonesia. 

Sementara itu Indonesian House pertama yang dikelola oleh Konsul Kehormatan RI untuk Vladivostok, Maria Maksudinova, lebih mengkhususkan diri pada produk kopi. Sambil menunjukkan setumpuk karung seberat 1,5 ton kopi yang siap edar, Maria mengatakan bahwa kopi asal berbagai daerah khususnya Toraja, Jawa dan Sumatra sangat digemari di Rusia. Maria menyetujui usul Dubes untuk juga mengimpor teh dari Indonesia mengingat produk teh Indonesia juga sudah cukup dikenal di wilayah Rusia bagian barat. 

Selain membuka Indonesian House, Dubes juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Acting Walikota Vladivostok, Konstantin Loboda dan membicarakan berbagai hal guna meningkatkan hubungan kedua negara. Acting Walikota menyambut kedatangan Dubes dan melihat besarnya peluang kerjasama antara Rusia, khususnya Vladivostok, dengan Indonesia.

Dubes menyampaikan bahwa dengan akan dibukanya jalur penerbangan Vladivostok-Bali oleh salah satu maskapai swasta Rusia, maka kesempatan terbuka lebar bagi wisatawan dari daerah Primorsky untuk berkunjung ke Indonesia. Dubes juga mengusulkan agar kota Vladivostok menjalin sister city dengan Surabaya, yang didahului dengan penandatanganan MoU antara Kadin Vladivostok dengan Kadin Surabaya. Acting Walikota menyambut usulan tersebut dan berjanji untuk menindaklanjutinya. 

Dubes Wahid sempat melakukan pembicaraan dengan Wakil Rektor Far Eastern Federal University, Vladimir Kurilov di tengah-tengah mengikuti forum ekonomi dan dengan Rektor Vladivostok State University of Economics and Service, Gennadiy Lazarev.

Kedua universitas ternama di Vladivostok tersebut berkeinginan untuk melakukan kerjasama dengan universitas di Surabaya, utamanya Universitas Airlangga dan ITS. Dubes berjanji akan menghubungi kedua universitas di Surabaya tersebut untuk menindaklanjuti keinginan ini. Saat ini tercatat 17 mahasiswa Indonesia belajar di beberapa universitas di Vladivostok. 

Selama kunjungan pertama ke Vladivostok Dubes juga mengirim Counsellor Protokol dan Konsuler, Sugihartono, untuk melaksanakan pelayanan kekonsuleran kepada WNI yang tinggal di wilayah tersebut dan juga menyelesaikan kasus 8 orang ABK asal Indonesia yang ditangkap bersama kapal berbendera Tanzania karena memasuki perairan Rusia secara ilegal. Ke delapan ABK asal Indonesia berhasil dipulangkan ke Indonesia pada tanggal 2 September lalu.(p/ab)