Ditanya Hal Tersulit Sebagai Menteri Agama, Ini jawaban Lukman Hakim

By Admin

nusakini.com--Lukman Hakim Saifuddin ditanya mahasiswa UIN Walisongo Semarang tentang hal tersulit selama menjadi Menteri Agama. Pertanyaan ini disampaikan saat Menag didapuk sebagai pembicara pada gelaran Ngaji Kebangsaan 'Mengasah Jadi Diri Indonesia' di Auditorium Kampus III UIN Walisongo Semarang. Selain Menag Lukman, Rektor UIN Walisongo Muhibbin juga menjadi pembicara dengan moderator Wakil Rektor I Musahadi. 

Ngaji Kebangsaan ini mengangkat isu memudarnya makna sejati dari ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin. "Pak Menteri apa yang tersulit dan dirasakan saat menjadi Menteri Agama?" tanya salah satu mahasiswa pada sessi dialog Ngaji Kebangsaan, Jumat (20/04). 

Sembari tersenyum, Menag Lukman mengatakan bukan sulitnya menjadi menteri, melainkan tantangan yang dihadapi sejak awal dipercaya sebagai Menteri Agama. "Tantangan terbesar yaitu bagaimana kita tetap mampu menjaga dan merawat paham dan pengamalan ajaran agama untuk senantiasa berada pada jalur moderasi," kata Menag Lukman. 

Dijelaskan Menag, saat ini, hampir seluruh program Kemenag mempunyai keterkaitan dengan moderasi agama. "Jangan kita memiliki pahama dan bentuk pengamalan agama yang ekstrim. Moderasi itu adalah mengajak mereka yang ekstrim, baik terlalu liberal maupun konservatif, kembali ke tengah," pesan Menag kepada mahasiswa. 

Turut hadir dalam gelaran Ngaji Kebangsaan di UIN Walisongo, Kakankemenag se Jawa Tengah, perwakilan Pemprov Jateng, Kabag TU Pimpinan Khoirul Huda dan segenap civitas akdemika UIN Walisongo Semarang. 

Lewat Ngaji Kebangsaan, Menag mengajak keluarga besar UIN Walisongo untuk terus mengenali apa itu Indonesia agar tidak lupa dengan jati diri bangsa. "Saya tekankan, bagaimana bangsa sebesar Indonesia ini dengan karateristik geografisnya yang luas dan beragam itu tetap menempatkan agama pada tempat yang strategis dan khas. Inilah yang sulit didapatkan di belahan negara manapun di dunia. Semua ini harus kita syukuri dengan menjaga dan merawat nilai kebangsaan serta mengamalkan ajaran agama dan akidah demi menjaga kerukunan dan kedamaian," tandas Menag.(p/ab)