Warga Australia Marah karena Masih Harus Antri Tes PCR di tengah Melonjaknya Omicron

By Nad

nusakini.com - Internasional - Warga Australia telah menyatakan kemarahannya karena menghadapi kekurangan alat tes Covid-19 dan kenaikan harga saat negara itu memerangi infeksi yang paling meluas.

Bulan lalu Australia mencabut sebagian besar pembatasan domestiknya yang ketat setelah mencapai target vaksinasi 90%.

Tetapi varian Omicron telah memicu lonjakan kasus - sekarang berjumlah lebih dari 25.000 per hari.

Lonjakan ini memberi tekanan kuat pada pengujian dan sistem rumah sakit, menyebabkan kecemasan di seluruh negeri.

Tes PCR selalu tersedia secara luas di Australia, tetapi minggu lalu pemerintah mulai membatasi siapa yang berhak menerimanya secara gratis.

Keputusan ini mengakibatkan puluhan ribu orang yang menghabiskan berjam-jam mengantri di luar klinik pengujian sekitar hari Natal. Waktu isolasi meledak dan hasil tes tertunda.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan aturan baru bertujuan untuk mengurangi tekanan pada sistem.

Tapi itu telah meningkatkan ketergantungan pada tes aliran lateral - yang dikenal secara lokal sebagai tes rapid antigen (RAT) - yang berbayar.

Pemerintahan Morrison telah banyak dikritik karena kekurangan pasokan, dan banyak contoh kenaikan harga secara sengaja telah dilaporkan.

Pemerintah telah menolak seruan dari badan medis dan lawan politik untuk membuat tes tersedia secara gratis, seperti di banyak negara.

Morrison berpendapat bahwa apotek memerlukan kepastian bahwa akan ada pasar swasta untuk tes tersebut.

Para kritikus mengatakan pedoman baru ini semakin merugikan mereka yang berpenghasilan rendah, membuat mereka lebih terpapar saat virus menyebar.

Sekitar satu dari lima orang yang datang ke klinik pengujian publik di Victoria dan New South Wales (NSW) - dua negara bagian terpadat - sekarang dinyatakan positif.

Banyak rumah sakit yang berjuang untuk menerima pasien rawat inap yang terus meningkat, menurut media lokal.

Penerimaan unit perawatan intensif dan tingkat kematian tetap relatif rendah. Australia telah melaporkan sekitar 2.200 kematian akibat pandemi tersebut.

Karena peluncuran vaksinasi yang tertunda di negara ini, banyak orang tetap tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan booster.