Unjuk Prestasi Inovasi Pada Presentasi dan Wawancara KIPP

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Tak terasa tahapan Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) telah memasuki minggu ketiga. Sebanyak delapan inovasi dari Kepulauan Bali, Sumatra, dan Kalimantan unjuk prestasi secara virtual di hadapan Tim Panel Independen (TPI) pada Senin (13/07). 

Instansi pemerintah di Pulau Bali membuka sesi pertama dengan tiga inovasi. Provinsi Bali hadir dengan inovasi kelompok khusus yang telah mendapatkan Top 35 KIPP pada tahun 2016, yakni Kami Datang, Penglihatan Terang. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menjelaskan bahwa inovasi yang telah lahir sejak tahun 2008 untuk melakukan kegiatan penyaringan dan operasi katarak ini masih terjaga keberlangsungannya hingga kini.

Beberapa terobosan pun telah dilakukan, antara lain pemberdayaan komunitas sehingga penyaringan mandiri dan permohonan kedatangan ke Mobile Eye Clinic (MEC) semakin besar serta melakukan kegiatan ini sampai ke luar Pulau Bali. 

Selain itu, inovasi yang lahir dari Rumah Sakit Mata Bali Mandara ini juga memberikan manfaat lebih besar dengan menambah kegiatan penyaringan bagi anak sekolah, pemberian kacamata gratis bagi anak dan orang tua yang merupakan populasi berisiko, dan pengobatan penyakit mata yang bekerja sama dengan komunitas, swasta, dan NGO.

“Hingga 2019, telah terjadi peningkatan jumlah layanan hingga rata-rata 2.109 per tahun, meningkatnya Cataract Surgery Rate di Provinsi Bali menjadi 1.746 per 1 juta penduduk pada tahun 2018, serta menurunnya kebutaan di Bali dari satu persen menjadi 0,3 persen,” jelas Tjokorda. 

Selanjutnya, presentasi dilanjutkan oleh Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang membawakan inovasi Maya Si Tekmas (Manajemen Layanan Anak Usia Sekolah Tidak Sekolah/ATS berbasis Teknologi dan Masyarakat). Inovasi ini hadir untuk mendongkrak peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui indeks pendidikan untuk meningkatkan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah untuk mengatasi masalah penduduk usia sekolah yang tidak pernah sekolah, putus sekolah, serta tamat SD/SMP dan tidak melanjutkan. 

  “Inovasi ini hadir dengan solusi dalam melakukan pendataan yang efektif dan terstruktur berbasis teknologi yang melibatkan peran masyarakat. Kemudian dilakukan pengolahan data yang memudahkan memberikan layanan pendidikan yang tepat bagi anak usia sekolah tidak sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta melibatkan seluruh stakeholder untuk memastikan selesai pendidikan, dimana salah satunya adalah dengan pendidikan gratis dan pemberian beasiswa,” ungkap Rai Mantra. 

Masih dari Bali, kali ini Kabupaten Badung hadir dengan Garba Sari atau Gerakan Badung Sehat 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk mempercepat penurunan stunting atau pengerdilan.

Melalui Garba Sari, masyarakat terlibat aktif dalam melakukan fungsi fasilitasi dan advokasi untuk pencegahan stunting serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pemerintah melalui organisasi perangkat daerah (OPD) juga saling bersinergi dalam upaya pencegahan stunting mulai dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun untuk mewujudkan generasi berkualitas.

Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa menuturkan bahwa secara filosofi, Garba Sari merupakan upaya pemeliharaan sumber kehidupan mulai dari dalam kandungan sebagai upaya mencegah pengerdilan. 

Bergeser ke wilayah Indonesia bagian barat, tepatnya di Kepulauan Bangka Belitung yang juga menyumbang tiga inovasi untuk dipamerkan. Dimulai dengan Si Peri Terbang (Sistem Informasi Pengiriman Terpadu Bahan Tambang) dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Inovasi yang dimulai pada 2018 ini mampu memotong waktu layanan dari 1-2 hari menjadi 30 menit yang bisa diakses 24 jam secara daring melalui https://esdmbabelprov.go.id dan menjadi one stop service untuk mengurus administrasi pertambangan.

“Hingga tahun ini, Si Peri Terbang sudah digunakan di lima kabupaten oleh 77 perusahaan, dan tercatat sebanyak 3.626 transaksi data elektronik pengiriman bahan tambang dengan total penerimaan pajak daerah sebesar Rp90,7 miliar,” papar Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan. 

Inovasi Abang Timah untuk Bu Disa (Lahan Bekas Tambang Timah untuk Budidaya Padi Sawah) dari Kabupaten Bangka hadir untuk mengelola dan mengubah lahan bekas tambang menjadi lahan sawah sejak 2015.

Dari lahan kritis bekas tambang timah di Kabupaten Bangka yang mencapai 20.364,07 Ha, seluas 7 Ha saat ini telah dialihfungsikan menjadi lahan sawah. Bupati Bangka Mulkan menjelaskan bahwa pengalihfungsian lahan ini selain untuk memperbaiki ekosistem yang sudah rusak dan memenuhi kebutuhan pangan, juga untuk meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Bangka.

Karena bukan hanya padi saja, namun pada perkembangkannya, digunakan juga untuk budidaya tanaman pangan, tanaman hortikultura, serta tanaman perkebunan lainnya. 

Kemudian, giliran Kabupaten Belitung Timur unjuk gigi atas Sistem Informasi Geografis Intervensi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (Sigesite PIS-PK). Wakil Bupati Belitung Timur Burhanudin menjelaskan bahwa inovasi ini mendayagunakan kader kesehatan dalam monitoring pengobatan penderita TB Paru dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dengan pendekatan keluarga melalui kegiatan kunjungan rumah intervensi sasaran PIS-PK yang dilaporkan melalui aplikasi Simpan Lokasi. Sigesite PIS-PK juga memfasilitasi rujukan cepat dan transportasi antar jemput sasaran kesehatan jiwa ke RSUD Kabupaten Belitung Timur. 

Burhanudin juga mengatakan bahwa Sigesite PIS-PK hadir karena adanya akar masalah, seperti kurangnya kepedulian keluarga pada ODGJ dan faktor ekonomi keluarga ODGJ. Hal ini diperparah dengan jadwal pelayanan spesialis jiwa di RSUD hanya sebulan sekali, kurang aktifnya monitoring pengobatan penderita TB Paru sesuai standar, serta tidak adanya pemetaan sasaran program. “Melalui Sigesite PIS-PK, diharapkan dapat meningkatkan capaian penderita TB dan ODGJ untuk mendapatkan pengobatan sesuai standar sehingga mempermudah pelaksanaan Program Indonesia Sehat,” ungkap Burhanuddin yang menutup sesi pertama presentasi dan wawancara pada hari ini. 

Pada sesi kedua, Program Cerdas Opung Sari Basah Bang, Mesra Bertuah: Mewujudkan Desa Satu (Deli Serdang Sekolah Bermutu) dari Kabupaten Deli Serdang unjuk kebolehan. Inovasi dibidang pendidikan ini merupakan kolaborasi dari tiga inovasi.

Pertama adalah program Cerdas atau Percepatan Rehabilitasi dan Apresiasi terhadap Sekolah (Top 99 KIPP 2016) yang merupakan pengelolaan sekolah dalam memperbaiki gedung sekolah secara bergotong royong dengan memberdayakan tiga pilar kekuatan. Lalu, program Opung Sari Basah Bang (Operasi Pungut Sampah Setiap Hari, Bank Sampah Sekolah, dan Pembinaan Berjenjang) dimana masuk sebagai Top 99 KIPP 2017 untuk mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan. Terakhir, Mesra Bertuah (Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Bersama Masyarakat, Orang Tua, dan Sekolah) untuk menjadikan sekolah sebagai rumah yang ramah dan taman yang menyenangkan. 

Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan menjelaskan bahwa pelaksanaan tiga inovasi tersebut secara bersama-sama pada satu sekolah, berhasil mewujudkan Desa Satu. “Berjalannya tiga inovasi tersebut merupakan model pengelolaan sekolah dan pendidikan dengan tujuan mewujudkan Desa Satu, yakni sekolah yang berprestasi dan memenuhi Standar Nasional Pendidikan,” jelas Ashari. 

Menutup rangkaian presentasi dan wawancara pada hari ini adalah Provinsi Kalimantan Utara dengan inovasi Pro Lantera Ku atau Program Layanan Dokter Terbang Kalimantan Utara. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie menjelaskan bahwa inovasi yang telah berjalan sejak 2014 ini bertujuan untuk memudahkan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, perbatasan, dan kepulauan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, khususnya tindakan spesialis yang dapat diperoleh secara tepat, akurat, dan gratis. Dikembangkan oleh Dinas Kesehatan, inovasi ini memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui model jemput bola dengan menghadirkan dokter spesialis beserta alat kesehatan. Hingga Maret 2020, Pro Lantera Ku telah melibatkan dokter spesialis penyakit dalam, anak, kandungan, jantung, kulit, serta dokter gigi dan telah melayani 46 desa di Kabupaten Nunukan, Malinau, dan Bulungan. (p/ab)