Unggah 5.712 Video Moderasi Beragam, UIN Walisongo Diganjar Rekor MURI

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang- Ada banyak cara memperingati Hari Santri. Salah satunya yang dilakukan UIN Walisongo Semarang.

Kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang berada di Jawa Tengah ini memanfaatkan momentum Hari Santri 2020 untuk mengunggah video dengan konten moderasi beragama. Total ada 5.712 video yang diunggah mahasiswa UIN. Unggahan ini diganjar dengan catatan rekor pada MURI (Museum Rekor Indonesia). 

Rekor Muri ke-9.686 ini diserahkan kepada Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq, di Ruang Promosi Doktor Gedung Kopertais Lantai 3 Kampus 1 UIN Walisongo, Semarang, kemarin.

Senior Manager MURI, Sri Widayati, menuturkan bahwa pihaknya mencatat 5.712 uggahan video moderasi beragama oleh mahasiswa. Ini jumlah terbanyak, mengalahkan rekor sebelumnya yang ditorehkan Universitas Islam Malang (UNISMA) pada 2 Oktober 2020 dengan 3.833 video. 

“Prestasi ini resmi kami catat di rekor MURI yang ke-9.686 dianugerahkan kepada UIN Walisongo Semarang. Prestasi ini diharapkan bisa menjadi spirit dan motivasi anak bangsa untuk terus menebarkan moderasi agama ke khalayak luas,” jelasnya. 

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani, mengapresiasi inovasi UIN Semarang. Menurutnya, inisiatif tersebut sangat kreatif, sekaligus menjadikan UIN Semarang sebagai lokomotif dalam diseminasi moderasi beragama. “Sudah saatnya konten-konten Moderasi Beragama didesiminasi secara massif terutama melalui media sosial. Sebab, ruang media sosial saat ini menjadi sumber informasi sekaligus kanal pengetahuan yang mudah diakses seluruh lapisan masyarakat,” ungkap guru besar UIN Sunan Gunung Djati, Bandung ini. 

Menurut pria yang akrab disapa Dhani, moderasi beragama itu ibaratnya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan seluruh dunia, untuk melanjutkan nafas kehidupan agar lebih produktif. “Maka, kita butuh oksigen yang baik, yang bersih, dan sehat untuk kelangsungan kehidupan kita. Oksigen itu adalah moderasi beragama,” ungkapnya. 

Rekor UIN Walisonngo, Imam Taufiq, menyatakan bahwa civitas akademika UIN Walisongo sudah mendeklarasikan diri menjadi kampus yang ramah dan santun. Identitas ini juga sudah disebarkan secara luas. “Walisongo merupakan sosok yang sangat sukses berdakwah di masyarakat, tanpa meninggalkan kekerasaan dan kebencian. Dakwahnya diterima dengan mudah oleh semua lapisan masyarakat. Sekarang, seluruh masayarakat di manapun dan kapanpun berada, bisa berpartipasi nenebarkan gagasan santun dan ramah sebagaimana yang diajarkan Walisongo,” ungkap pengasuh pondok pesantren Be-Songo, Semarang. 

“Saatnya kita mengajak, menyapa dan menularkan komitmen ini kepada orang luar sebanyak-banyaknya. Dengan menebarkan konten kesantunan dan kedamaian ini, diharapkan akan terbangun suasana yang lebih ramah,” sambungnya. 

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Suyitno, menegaskan bahwa kebijakan moderasi beragama perlu dikampanyekan dan diimplementasikan secara konkret oleh seluruh civitas akademika PTKI. “Diktis telah mengambil langkah terkait pendirian Rumah Moderasi Beragama, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Moderasi Beragama, dam kebijakan insersi perkuliahan berbasis Moderasi Beragama di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam,” ungkap guru besar UIN Raden Fatah Palembang. 

Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Suwendi, menyebutkan bahwa di musim pandemi covid-19, pelaksanaan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan mahasiswa berupa Kuliah Kerja Nyata telah dilaksanakan secara daring, yang di antaranya mendorong moderasi beragama melalui dunia digital. 

“Mahasiswa diminta untuk menjadi bagian dari gerakan moderasi beragama secara proaktif melalui berbagai pendekatan, termasuk ruang digital dan media sosial dari rangkaian program KKN di masa pandemi covid-19,” tutup doktor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.(p/ab)