Terima Presenter Cilik, Gus Yasin Dihadiahi Pertanyaan tentang Kebangsaan

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang- Celoteh riang anak-anak terdengar dari Lantai 2 Kantor Gubernur, Senin (13/5). Mengenakan pakaian adat Nusantara, sejumlah pelajar taman kanan-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) tampak tak sabar untuk bertemu dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Para ibu yang turut mendampingi putera-puteri mereka bahkan beberapa kali merapikan penampilan sang anak sebelum berjumpa dengan pria yang akrab disapa Gus Yasin itu. 

Hadir didampingi guru, orang tua dan pimpinan Yayasan Sekar Pamujan Semarang, Hanindya Sitar, sejumlah tamu cilik itu rupanya telah menyiapkan hadiah istimewa untuk Gus Yasin. Bukan barang, melainkan sederet pertanyaan kritis dari yang dilontarkan oleh mereka sebagai presenter cilik televisi Sekar Pamujan Production. 

“Pak, apa sih korupsi itu? Apakah korupsi itu dilarang agama?” pertanyaan itu dilontarkan oleh Ara, siswi TK IT Flamboyan kepada Wagub. 

Menanggapi pertanyaan gadis berusia lima tahun itu, Gus Yasin pun menegaskan, korupsi dilarang oleh agama apapun. Karena pada dasarnya korupsi itu menyalahgunakan apa yang bukan menjadi haknya semata-mata untuk kepentingan pribadi. 

Tak hanya harta, ada pula korupsi waktu dan agama. Dia mencontohkan, jam sekolah semestinya dimulai pukul 07.00 WIB. Apabila murid terlambat hadir di sekolah, maka hal itu termasuk kategori korupsi waktu. 

“Korupsi tentu dilarang agama. Korupsi itu bisa korupsi waktu, harta, atau agama. Korupsi agama itu juga ada lho. Misalnya dalam agama Islam diperintahkan untuk salat, tapi tidak dilaksanakan,” jelas Gus Yasin kepada Ara dan kawan-kawannya. 

Tak hanya Ara, pertanyaan kritis lainnya juga dilontarkan oleh Darian, siswa kelas IV SD Kristen 03 Ebenhaezer Salatiga. Kepada wakil gubernur, bocah laki-laki itu bertanya tentang karakter bangsa. 

“Pak, apa yang dimaksud dengan karakter bangsa?” tanya Sansan, sapaan akrab Darian. 

Mendengar pertanyaan berbobot dari Sansan, mantan anggota DPRD Provinsi Jateng itu justru bertanya balik tentang cita-cita Sansan, karena meski usianya masih belia, bocah laki-laki itu punya keingintahuan tinggi tentang karakter bangsa. 

“Sansan pengin jadi negarawan ya? Pengin jadi gubernur, wakil gubernur atau presiden?” tanya Gus Yasin. 

Tampak malu-malu, Sansan pun menjawab dia ingin menjadi presiden. 

Gus Yasin pun menjelaskan, karakter bangsa adalah bagian dari budaya suatu negara, di mana masyarakatnya mampu saling menghormati dan menjunjung toleransi. Terlebih, Indonesia dikenal sebagai negara majemuk dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Meski masyarakatnya berbeda suku, agama, ras, dan budaya daerah, namun mereka hidup berdampingan secara harmonis. 

Senada dengan Sansan, siswa SMPN 1 Jepara, Farel, pun bertanya tentang arti penting pendidikan karakter bagi generasi muda. 

“Menurut Bapak, apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter?” tanyanya. 

Menanggapi pertanyaan Farel, Gus Yasin menerangkan, pendidikan karakter mesti diinternalisasikan sejak dini kepada generasi muda agar mereka menjadi anak bangsa yang berbudi pekerti luhur. Sehingga mereka dapat bertenggang rasa dan saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat. 

“Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengantarkan kepada akhlak dan budi pekerti baik. Terlebih, saat ini ada ancaman degradasi moral. Sebagai bangsa Timur, kita dikenal dengan kesantunannya. Kita mesti bertoleransi, saling menghormati, saling menyayangi,” ujarnya. 

Kepada para pelajar tersebut, Gus Yasin berpesan agar mereka senantiasa menghormati orang tua dan guru, menyanyangi teman, dan belajar secara sungguh-sungguh untuk menggapai cita-cita. (p/ab)