Tanggapi Pernyataan Arqam, Direktur IPI: Itu Sangat Berlebihan dan Merendahkan

By Admin


MAKASSAR -- Pernyataan pengamat politik Arqam Azikin yang megatakan paket Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi masih mudah dikalahkan dengan pasangan lain mendapat tanggapan dari Direktur PT Indeks Politica Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir. 

Suwadi mengatakan, pernyataan Arqam justru menimbulkan pertanyaan baru yakni parameter apa yang dipakai dalam melontarkan pernyataan tersebut. 

"Walau kita menghargai pendapatnya sebagai pengamat, namun basis rujukan data yang dipakainya apa ya?" kata Suwadi saat dihubungi, Selasa (28/5). 

Suwadi menilai pernyataan Arqam bahwa paasangan Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi mudah dikalahkan sangat berlebihan. 

"Bahasa itu terkesan sangat merendahkan. Padahal dari data survei yang kami lakukan justru Andi Sudirman memiliki elektabilitas tertinggi," imbuhnya. 

Suwadi kemudian mengatakan kalau Arqam mengatakan paket Andi Sudirman-Fatmawati kemungkinan bisa dikalahkan, itu masih dapat diterima, karena memang dinamika politik dapat berubah dalam hitungan detik. 

"Namun kalau dia mengatakan sangat mudah dikalahkan, ini saya nilai berlebihan dan bahkan terkesan merendahkan," ujarnya. 

Apalagi, kata Suwadi, gerbong kekuatan yang dimiliki Andi Sudirman sangat besar. Di samping sebagai petahana juga akar pemilihnya sudah sangat militan. 

"Ini bukan pengamatan, tapi kami memakai data dari survei yang telah kami lakukan," tandasnya. 

Diketahui, dalam sebuah media online, Minggu (26/5), Arqam mengatakan bahwa paket Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi sangat mudah dikalahkan. 

Hal ini sangat bertolak belakang dengan hasil survei PT Indeks Politica Indonesia (IPI) yang merilis hasil surveinya menjelang kontestasi Pilgub Sulsel 2024, Senin (06/05/2024). 

Dalam survei itu Andi Sudirman Sulaiman (Andalan) jauh di atas kandidat lainnya yakni mencapai 30 persen. Kemudian di posisi kedua ada nama Rusdi Masse 18,6 persen, Adnan Purichta9,4 persen, Ilham Arief Sirajuddin 8,6 persen, Mohammad Ramdhan Pomanto 6,2 persen. (*)