Sesar Lembang Aktif, Masyarakat Perlu Hidup Harmoni dengan Gempa Bumi

By Admin


nusakini.com - Masyarakat di seputar Bandung Raya, Jawa Barat perlu diingatkan kembali dengan potensi ancaman Gempa Bumi yang bisa terjadi kapanpun akibat adanya sebuah retakan memanjang yang dikenal sebagai Sesar Lembang. Sesar tersebut menurut hasil penelitian dari berbagai pakar kegempaan terkategori masih aktif.

Untuk diketahui, Sesar Lembang adalah sebuah retakan memanjang barat timur dari kaki Gunung Manglayang hingga ke Padalarang. Sesar ini mulai diungkapkan dalam buku Geology of Indonesia yang ditulis oleh Van Bemmelen (1949). 

Kendati Sesar Lembang tergolong masih aktif potensi gempanya, masyarakat tak perlu memiliki rasa khawatir yang berlebihan. Hanya saja, masyarakat Bandung Raya perlu hidup harmoni dengan berbagai potensi gempa bumi yang mengancam dari Sesar Lembang. 

“Solusi konkrit untuk menghadapi ancaman gempa bumi Sesar Lembang adalah kita berusaha hidup harmoni dengan gempa ini,” kata Eko Yulianto, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI dalam Talk Show “Rembug Lini (Gempa Bumi) di Tataran Bandung” pada Selasa (13/12) di Kampus LIPI Bandung, Jawa Barat. 

Eko menjelaskan, solusi konkrit harmoni ini ada tiga hal. Pertama, menghindari pembangunan di sepanjang jalur Sesar Aktif Lembang. Kedua, membangun bangunan tahan gempa bumi sesuai kaidah pembangunan sipil yang benar dan meningkatkan kampanye pembuatan ruang aman dan rumah tahan gempa di setiap rumah warga. 

“Dan Ketiga, pendidikan gempa bumi Sesar Lembang yang memberikan pemahaman benar kepada masyarakat tentang ancaman gempa bumi Sesar Lembang dan pendidikan tanggap darurat ketika terjadi gempa bumi,” lanjutnya. 

Dikatakan Eko, bila ketiga hal itu diterapkan, maka risiko akibat gempa Sesar Lembang bisa diminimalisasi. “Acaman gempa bukan tanpa solusi, gempa tidak pernah sekalipun membunuh, tetapi runtuhnya bangunan dan ketidaksiapan manusianya yang menyebabkan terbunuh,” ungkapnya. 

Sepanjang 29 Km 

Sementara itu, hasil penelitian paleoseismologi terkini dari Mudrik Daryono, Danny Hilman Natawidjaja, dan kawan-kawan menemukan bukti otentik kejadian gempa bumi 2000 tahun lalu yang pernah terjadi di tatar Bandung (Sesar Lembang, red) dan mengonfirmasi bukti-bukti yang ditemukan sebelumnya. “Panjang keseluruhan Sesar Lembang diperbaharui menjadi 29 Km dari sebelumnya 22 Km,” kata Mudrik Daryono, Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. 

Dengan hasil penelitian terbaru ini, maka bukti bahwa Sesar Lembang adalah sesar aktif semakin kuat. “Bahkan, pergeserannya mampu memicu gempa hingga skala 7,” sambung Mudrik. 

Lalu, kapan terjadinya gempa bumi besar ini? Danny Hilman Natawidjaja, peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI ini menjawab bahwa gempa Sesar Lembang sampai saat ini belum bisa diprediksi kapan terjadinya. “Sekali lagi, yang bisa kita lakukan sekarang hanya mengantisipasinya,” ujarnya. 

Danny menuturkan, hingga saat ini, gempa secara umum juga belum bisa diprediksi atau dihitung siklusnya. Kendati, sejumlah rangkaian gempa telah terjadi sebelumnya dan sudah ada perkiraan waktu dan tempat kejadian, tutupnya. (p/mk)