Serangan Mematikan Israel ke Rafah Tak Goyahkan Kebijakan Biden

By Admin


nusakini.com, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden tidak berencana mengubah kebijakannya terhadap Israel menyusul serangan mematikan akhir pekan lalu di kamp pengungsi Rafah.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang tewas ketika kobaran api melanda sebuah kamp pengungsi akibat serangan Israel pada Minggu (26/5/2024).

Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Washington tidak percaya bahwa tindakan Israel di Rafah merupakan operasi skala penuh yang akan melanggar "garis merah" Biden.

Sebagai akibat dari pemogokan pada hari Minggu ini, saya tidak punya perubahan kebijakan untuk dibicarakan," kata Kirby dalam pengarahan di Gedung Putih, dilansir AFP, Rabu (29/5/2024). "Itu terjadi begitu saja, Israel akan menyelidikinya."

Namun Kirby menambahkan bahwa "ini bukanlah sesuatu yang bisa kita tutup mata" ketika ditanya "berapa banyak mayat yang hangus" yang diperlukan Biden untuk mengubah arah mengenai masalah ini.

Biden sebelumnya mengatakan dia tidak akan mendukung serangan besar-besaran militer Israel di Rafah, tempat satu juta warga sipil telah melarikan diri, dan awal bulan ini menghentikan pengiriman bom berat ke Israel karena kekhawatiran bom tersebut dapat digunakan untuk menyerang kota Gaza selatan.

Para saksi mata mengatakan bahwa tank-tank Israel ditempatkan di pusat Rafah pada Selasa, setelah pertempuran sengit antara pasukan Israel dan militan Palestina dalam beberapa pekan terakhir.

Namun ketika ditanya berulang kali, Kirby menegaskan bahwa presiden tidak mengambil keputusan apapun mengenai bagaimana mendefinisikan serangan militer besar-besaran terhadap Rafah.

"Kami belum melihat mereka menghancurkan Rafah," tambahnya.

"Kami belum melihat mereka masuk dengan unit besar, pasukan dalam jumlah besar, dalam kolom dan formasi dalam semacam manuver terkoordinasi terhadap berbagai sasaran di lapangan."

Pentagon sebelumnya mengatakan bahwa mereka menganggap serangan Israel terhadap Rafah "memiliki cakupan terbatas."

Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh juga mengatakan pemerintah sedang menunggu militer Israel menyelesaikan penyelidikannya terhadap serangan hari Minggu sebelum berkomentar lebih lanjut.

"Kami tentu menganggap serius apa yang terjadi pada akhir pekan ini. Kami semua telah melihat gambar-gambarnya. Benar-benar mengerikan," tambah Singh.

Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan penyelidikan awal Israel menunjukkan bahwa serangan itu dilakukan dengan menggunakan "bom terkecil yang ada di gudang senjata mereka."

Israel menyebut hilangnya nyawa sebagai "kecelakaan tragis" dan tentaranya mengatakan pada Selasa bahwa amunisi mereka saja tidak dapat menyebabkan kebakaran mematikan tersebut, dan menambahkan bahwa Israel telah menargetkan dan membunuh dua militan senior Hamas dalam serangan tersebut.

Gedung Putih juga mengatakan pihaknya tidak mendukung seruan Partai Republik di Kongres untuk memberikan sanksi terhadap Pengadilan Pidana Internasional (ICC) setelah jaksa penuntut meminta surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

"Kami tidak percaya bahwa sanksi terhadap ICC adalah pendekatan yang tepat dalam hal ini," kata Kirby, meskipun ia menambahkan bahwa Amerika Serikat masih tidak percaya bahwa pengadilan kejahatan perang memiliki yurisdiksi.

Secara terpisah, Pentagon mengatakan militer AS telah menghentikan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza melalui laut setelah dermaga sementara rusak akibat cuaca buruk. (*)