RI-India Perkuat Kerja Sama Litbang di Sektor Industri Makanan
By Admin
nusakini.com--Indonesia dan India akan membangun kerja sama lebih intensif untuk pengembangan industri makanan. Komitmen ini diperkuat melalui kunjungan Menteri Industri Pengolahan Makanan India, Sadhvi Niranjan Jyotike Balai Besar Industri Agro (BBIA) Kementerian Perindustrian di Bogor, Jawa Barat.
“India merupakan mitra penting Indonesia, kami akan terus mendorong peningkatan investasi India ke Indonesia. Selain itu, kami berharap adanya kerjasama R&D untuk sektor industri makanan dan minuman,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin RI, Ngakan Timur Antara di BBIA Bogor, Rabu (23/8).
Menurut Ngakan, Indonesia dan India merupakan mitra penting yang memiliki banyak kesamaan serta dekat secara budaya, ekonomi, dan politik. “Kedua negara mempunyai bonus demografi sekaligus sebagai tantangan karena Indonesia dan India memiliki populasi yang besar,” ujarnya.
Saat ini, penduduk India lebih dari 1,3 miliar jiwa dan Indonesia sebanyak 261 juta penduduk, yang tentunya memerlukan kebutuhan pangan. “Karena itulah sektor makanan dan minuman menjadi potensi pasar yang besar untuk saling mengembangkan bersama-sama,” imbuh Ngakan.
Ngakan pun memastikan, kerjasama nantinya didasarkan pada pengutan ekonomi yang modern, kompetitif, dan berkualitas dengan tetap mengedepankan prinsip saling menguntungkan. Dalam upaya percepatan kerja sama ini, BPPI dan BBIA akan berkoordinasi dengan asosiasi dan pemangku kepentingan yang lain. “Diharapkan akan ada nota kesepahaman yang bisa ditandatangani oleh pihak Indonesia dan India,” jelasnya.
Kepala BBIA Bogor, Umar Habson menyampaikan, pembangunan sektor industri makanan dan minumanmemerlukan inovasi yang berkelanjutan. Untuk itu, pentingnya kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang). “BBIA adalah pusat riset agro industri di bawah Kemenperin dan ditetapkan sebagai Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Nasional bidang hilirisasi produk agro oleh Kemenristekdikti pada tahun 2016,” tuturnya.
Oleh karenanya, BBIA berkomitmen untuksemakin meningkatkan kompetensi sebagai pusat riset dan penyedia jasa teknis industri seperti pengujian makanan, sertifikasi ISO dan SNI, pelatihan hingga konsultansi.“Indonesia mempunyai modal sumberdaya alam yang sangat melimpah, namun masih perlu mengejar perkembangan teknologi terkinidengan belajar dari negara lain,”papar Umar.
Dengan India, lanjutnya, BBIA akan melakukan kerjasama litbang dan pengembangan produk, serta pertukaran peneliti dan kerjasama bidang lain yang diperlukan untuk peningkatan daya saing industri makanan dan minuman nasional agar lebih kompetitif ditingkat global.
Sementara itu, Menteri Sadhvi Niranjan Jyoti mengungkapkan, kunjungannya ke Indonesia khususnya ke BBIA Bogor dalam rangkamembuka peluang kerja sama bilateral di bidang litbang industri, terutama sektor makanan. Selain itu jugauntuk mempromosikan acara World Food India (WFI) 2017yang akan diselenggarakan pada November nanti di New Delhi.
“Pasar makanan dan grosir di lndia adalah terbesar keenam di dunia. Tingkatpertumbuhan tahunan sektor pengolahan makanan lndia lebih dari tujuh persen,” ungkapnya. Selain itu, industrimakanan lndia yang dipasarkan melalui online tumbuh 150 persen pada tahun 2016. Bahkan, lndia menjadi basis produksidiversifikasi terbesar di 42 Mega Food Parks.
Pertumbuhan industri makanan di India yang signifikan tersebut, juga dialami di Indonesia. Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman nasional mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,19 persen pada triwulan II tahun 2017. Capaian tersebut turut beperan dalam kontribusi manufaktur andalan ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas yang mencapai 34,42 persen atau tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Sedangkan, nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada Januari-Juni 2017 mencapai USD15,4 miliar. Kinerja ini mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar USD4,8 miliar.(p/ab)