RI Buka Peluang Kerja Sama Industri Melalui IORA

By Admin

nusakini.com--Indonesia berpeluang mengembangkan kerja sama di sektor industri dengan anggota Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (Indian Ocean Rim Association/IORA). Sektor-sektor potensi yang ditawarkan, antara lain industri perkapalan dan peralatannya, pengolahan hasil laut, komponen otomotif, petrokimia dan gasifikasi batubara, serta produk hilir agro. 

“Kami tengah memacu investasi industri tersebut karena termasuk sektor padat karya berorientasi ekspor dan subtitusi impor. Peningkatan akses pasar dengan negara-negara anggota IORA, yang mayoritas merupakan pasar non-tradisional, dapat dilakukan melalui kerangka kerja sama bilateral supply chain,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menghadiri IORA Business Summit di Jakarta, Senin (6/3). 

Menperin menambahkan, upaya yang juga perlu dilakukan adalah menginisiasi pelaksanaan business matching dengan negara-negara IORA serta mengoptimalkan peran Kedutaan Besar Republik Indonesia dalam mempromosikan kemampuan industri dalam negeri dan potensi pasar bagi kedua belah pihak. “Peningkatan kerja sama seperti pelatihan dalam membangun kapasitas industri, telah dilakukan dengan Mozambik dan Seychelles di sektor industri kecil dan menengah,” paparnya. 

Dari sisi kepentingan ekonomi, Airlangga melihat, negara-negara di sekitar Samudera Hindia memiliki potensi ekonomi yang sangat prospektif, di antaranya pasar yang besar dengan jumlah penduduk sebanyak 2,7 miliar orang, sekitar 70 persen perdagangan dunia melewati kawasan ini, serta menyimpan sekitar 55 persen cadangan minyak dunia dan 40 persen cadangan gas dunia. 

Selain itu, negara-negara di wilayah itu memproduksi sekitar 1/3 produksi tuna dunia dan menyimpan berbagai cadangan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. “Dengan berbagai potensi tersebut, salah satu langkah yang perlu dijalankan Indonesia adalah pembangunan infrasruktur dan konektivias maritim, termasuk dalam pengembangan industri perkapalan dan maritim,” ungkapnya. 

Apalagi dengan adanya kebijakan mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia, menurut Airlangga, Indonesia tengah berupaya menjadi negara yang berpengaruh baik secara ekonomi maupun politik di antara dua samudera, yakni samudera Hindia dan Pasifik. “Misalnya, Indonesia akan menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan,” tuturnya. 

IORA merupakan forum kerja sama antarnegara terbesar di Samudera Hindia yang berdiri pada tahun 1997. IORA beranggotakan 21 negara, yaitu Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Adapun tujuh negara mitra dialognya, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Tiongkok, dan Perancis.  

Empat negara anggota IORA (Afrika Selatan, Australia, India, dan Indonesia) serta 6 negara mitra IORA (AS, RRT, Jerman, Inggris, Jepang dan Perancis) merupakan anggota G20. Hal ini membuktikan betapa strategisnya peran IORA dalam perekonomian dunia. 

Penyelenggaraan IORA Summit 2017 merupakan salah satu gagasan dan prakarsa strategis Indonesia sebagai Ketua IORA periode 2015-2017. Tema yang diusung Indonesia adalah “Strengthening Maritime Cooperation for a Peaceful, Stable and Prosperous Indian Ocean”. 

Tahun lalu, nilai total perdagangan Indonesia dengan negara-negara IORA sebesar USD 82,57 miliar. Sedangkan, perdagangan intra-regional IORA di tahun 2015 mencapai USD 777 miliar atau naik 300 persen dibandingkan tahun 1994 yang sebesar USD 233 miliar. Tak hanya itu, IORA juga menyumbang surplus bagi perdagangan Indonesia.(p/ab)