PPRC TNI Tunggu Perintah Bebaskan Sandera

By Admin


nusakini.com - Tarakan - Panglima Komando operasi latihan pasukan elite di Tarakan, Letnan Jenderal Edy Rahmayadi, menegaskan seluruh kekuatan pasukan yang berada di Kota Tarakan siap menerima perintah melumpuhkan atau menghancurkan musuh. Seluruh Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) menyiapkan latihan gabungan dan siap diturunkan, bahkan untuk membebaskan sandera Abu Sayyaf.

"PPRC apabila memang diperlukan ke sana (Filipina) sudah siap, legal untuk boleh ke sana, PPRC akan berangkat untuk ke sana. Dengan syarat sudah tahu tugasnya apa, kepada siapa, dan di mana," kata Letjen Edy yang juga Panglima Kostrad itu di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. 

TNI saat ini menggelar latihan melibatkan pasukan elite dari tiga matra, TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Sekitar 500-an pasukan elite dari tiga matra sudah berada di Kota Tarakan dan akan menggelar latihan PPRC. 

Pekan lalu, ada pemberitaan penyanderaan sepuluh warga negara Indonesia oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Tentara Indonesia masih belum mendapat izin Filipina untuk memasuki kawasannya. Filipina menyatakan belum mau menerima bantuan operasi militer pembebasan tawanan. 

Letjen Edy mengaku belum mengetahui kondisi dan lokasi penyanderaan, termasuk pihak penyandera. Menurut dia, penyaderaan oleh Abu Sayyaf hanya ia ketahui dari pemberitaan media. "Mengecek keberadaan ranahnya intelijen, BAIS, dan BIN. Kami hanya pelaksana, saya menunggu perintah, yang penting saya siap, tugas saya menyiapkan (pasukan)," katanya. 

Namun, TNI masih menunggu proses diplomasi pemerintah dengan Filipina. "Itu sudah ada yang mengurus, pasti sudah ada (pembicaraan) diplomatik dan kegiatan pemerintah dalam rangka membicarakan, mengkoordinasikan antarnegara," katanya. 

Dia membantah pasukan latihan di Kota Tarakan sebagai langkah operasi yang disiapkan khusus pembebasan. Latihan yang digelar merupakan rencana TNI yang terjadwal setahun lalu. Latihan PPRC merupakan agenda latihan rutin sebagai langkah menyiapkan pasukan jika suatu saat ada gangguan dan harus ditangani sesegera mungkin. 

Edy justru menyebut kejadian penyanderaan sepuluh warga negara Indonesia sebagai kejadian tiba-tiba. "(Penyanderaan) sepuluh WNI sifatnya dadakan, tahu-tahu terjadi di sana tak dinyana-nyana, sebelum terjadi kami sudah mau ke sini, kontijensi sudah dibuat setahun lalu. Ini (penyanderaan) kebetulan saja," katanya. (ab)