Petani Marah, Bawang Mereka Sampai Saat Ini Belum Diserap, Ada Apa dengan Bulog Probolinggo

By Admin


nusakini.com - Taufiq, Ketua Kelompok Tani Sidodadi IV di Desa Sidopekso, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Senin (23/5/2016), sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Bulog saat ini.

"Bayangkan, Perum Bulog Sub Divre Probolinggo belum juga membayar bawang mereka, karenanya, para petani mengancam akan membakar bawang yang sudah terkumpul", tegas Taufiq. 

Taufiq mengatakan, seandainya Bu Yanti (Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Sri Wijayanti Yusuf) ada di sini sekarang, pasti bawang ini semua sudah dibakar. 

"Kami sudah capek pak nyari bawang kemana-mana, tapi Bulog sampai sekarang belum timbang dan bayar," kata Taufiq, dengan marahnya. 

Padahal menurut Taufiq, sesuai dengan kesepakatan antara petani dengan Bulog disaksikan oleh tim dari Kementerian Pertanian agar bawang merah diserap oleh Bulog Sub Divre Bulog Probolinggo yang selanjutnya dikirim ke Jakarta. 

"Itu Koptan kerjasama sama Tim Menteri Pertanian, bekerja keras mencari bawang ke petani hingga terkumpul 6 ton", kata Taufiq. 

Kata Taufiq, saksi banyak, Minggu kemarin bu Yanti sudah mengingatkan Bulog Probolinggo kalau ga mampu atau ga siap nyerap bawang supaya Bulog Nganjuk aja yang serap. 

"Bu Yanti ngomongnya agar bawang ini dikirim ke Nganjuk aja kalau Probolinggo gak sanggup, yang selanjutnya dikirim ke Jakarta," jelas Taufiq. 

Lanjut Taufiq, ternyata kejadiannya berbeda, setelah bawang terkumpul pada minggu lalu, pihaknya harus jemur bawang tiap hari dengan memakan waktu serta tenaga terkuras hingga bawang sudah susut beberapa persen dalam seminggu. 

“Kami ini harus jemur yang masih basah pak, kemudian kita kipasin, ngepaknya lagi ke karung. Padahal saat itu harga bawang Rp 26.000 sekilo, tapi kita kasih ke Bulog sesuai kesepakatan Rp 20.000", tegas Taufiq dengan marahnya. 

Namun akhirnya, setelah Taufiq berulangkali menemui pimpinan Bolog Sub Divre Probolinggo, menanyakan apakah bawang yang sudah dikumpulkan itu jadi dibeli atau tidak. Tapi pimpinannya selalu memberikan alasan yang macam-macam yang tidak masuk akal. 

"Macam-macam pak alasannya, belum punya gudang penyimpananlah, belum ada truk yang angkutlah, nunggu instruksi dari pusatlah. Harusnya kalau ga mau kemarin, biarpun saya rugi, saya jual aja ini ke pasar, karena saya selalu dikejar-kejar petani pak minta bayaran bawang mereka," kata Taufiq. 

Menurut Taufiq, sebenarnya Bulog sudah kasih panjar Rp 50 juta untuk pembayaran dari sebagian 6 ton. Tapi malah Bulog ambil 1,2 ton. Itupun bukan untuk dikirim ke Jakarta. 

"Tadi Bulog ngambil 1,2 ton, katanya mau dijual di Surabaya dalam rangka operasi pasar, saya tambah bingung nih," ujar Taufiq. 

Sementara Saidi, Wakil Kepala Bulog Sub Divre Probolinggo, hingga berita ini diturunkan belum dapat memberikan alasan belum dibayarnya bawang merah yang sudah dikumpulkan para petani tersebut yang kemudian bawang masih terkatung-katung. 

Sebelumnya, Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Sri Wijayanti Yusuf, telah mengaku akan kekhawatirannya soal Bulog Sub Divre Probolinggo yang diduganya tidak siap serap bawang merah petani.(if/mk)