Petani Bima Sukses Ujicoba Tanam Bawang Putih Di Dataran Rendah

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Bima--Di Indonesia, Tanaman bawang putih selama ini dikenal sebagai tanaman yang hanya cocok dikembangkan di daerah dataran tinggi. Tak mengherankan jika tanaman bawang putih banyak dijumpai di lereng-lereng gunung atau lahan dengan ketinggian diatas 800 m dpl. Contoh di Jawa Tengah, bawang putih banyak dibudidayakan petani di lereng Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Slamet, Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Andong dan Gunung Merapi. Selain itu bawang putih juga banyak ditanam di lereng Gunung Gede Cianjur, Gunung Ciremai Majalengka, Gunung Rinjani Lombok Timur, Gunung Talang Solok, Gunung Arjuno Malang, Gunung Ijen Banyuwangi dan sebagainya. 

Seiring dengan gencarnya upaya pemerintah memacu produksi komoditas bawang putih di dalam negeri, petani bawang putih sekaligus penangkar benih Bims melakukan uji coba tanam bawang putih di dataran rendah. Langkah tersebut ditempuh untuk memperluas areal tanam dan meningkatkan produksi komoditas yang kini lebih dari 95% masih dijejali dari produksi impor tersebut. Terlebih dengan makin terbatasnya areal lahan produktif di dataran tinggi yang kebanyakan bersinggungan dengan kawasan konservasi. Kabupaten Bima NTB mencatatkan diri sebagai salah satu daerah yang berhasil mengembangkan bawang putih di dataran rendah.

Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian, Sukarman, melakukan panen bawang putih bersama Bupati Bima di lahan ujicoba penanaman bawang putih dataran rendah di Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima NTB (5/9), menyebut berdasarkan uji coba di Bima, pengembangan bawang putih di dataran rendah memiliki prospek yang menjanjikan. "Ketinggian di daerah ini hanya 87 mdpl yang notabene tergolong dataran rendah. Namun ternyata, bawang putih varietas Sangga Sembalun bisa tumbuh bagus disini dan bahkan bisa berumbi normal. Ukuran umbinya juga lumayan besar. Produktivitasnya bisa mencapai 8-9 ton bawang putih kering per hektar. Ini membuka peluang untuk diteliti atau diujicoba lebih lanjut di tempat lain. Paling tidak, fakta lapang ini memberikan harapan besar bagi pengembangan bawang putih di dalam negeri kedepan," ujar pria yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Sayuran dan Tanaman Obat tersebut. 

Menurut Sukarman, agroklimat di Kabupaten Bima secara umum memang cocok untuk budidaya aneka sayuran umbi khususnya bawang merah dan bawang putih. "Terbukti, bawang merah terbaik kualitas ekspor selalu disuplai dari Bima dan sekitarnya. Saya optimis bawang putih Bima juga menyusul," katanya. Ia menjelaskan bahwa wilayah Kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bima, diberikan anugerah alam berupa tiupan angin muson Tenggara. Angin tersebut membawa massa udara dari Benua Australia yang sifatnya dingin dan kering. Kondisi ini sangat cocok untuk pertumbuhan bawang putih, jelas Sukarman.

"Pada musim kemarau seperti saat ini, cuaca cenderung cerah dan sedikit tutupan awan. Sehingga radiasi sinar matahari yang diterima bumi akan mengoptimalkan proses fotosintesa sehingga produktivitasnya tinggi. 

 "Jadi memang tidak semata-mata karena faktor dataran rendah," imbuhnya. 

Pada acara yang dihadiri ratusan petani dan petugas penyuluh lapang tersebut, Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri, memuji inovasi yang dilakukan petaninya mengembangkan bawang putih di dataran rendah. "Ini unik, bawang putih yang tadinya dianggap hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, ternyata di Bima bisa tumbuh dan berumbi dengan baik di dataran rendah. Patut diapresiasi keberanian dan keuletan petani bawang putih Bima ini. Petani agar bisa mengatur pola tanam dan memperbaiki cara budidayanya agar lahan bawang Bima yang sangat potensial ini bisa bertahan ratusan tahun demi anak cucu nanti ," kata Indah optimis. 

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima, Indra Jaya, mengatakan luas pertanaman bawang putih di wilayahnya dari Januari hingga September mencapai lebih dari 1.500 hektar yang ditanam melalui skema APBN, swadaya dan wajib tanam importir. Dari hasil pengubinan yang dilakukan pihaknya, produktivitas panen bawang putih dataran rendah Belo mencapai 16-20 ton/hektar basah atau sekitar 8-10 ton/hektar kering. "Tidak jauh beda dengan bawang putih dataran tinggi. Ini artinya bawang putih dataran rendah sangat potensial dikembangkan di Bima," ujar Indra.

Berdasarkan sejarah, wilayah Bima dulunya memang pernah menjadi sentra bawang putih sebelum akhirnya tergilas oleh bawang impor. "Sejarah nenek moyang dulu, Bima menjadi sentra produksi bawang putih yang luas. Termasuk kawasan Belo sini, memang cocok sekali untuk bawang putih. Angin yang berhembus dari Gunung Lambitu dan Sambori bertemu di Belo sehingga membuat hawa sejuk disini," terang Indra. "Dulu banyak ditanam varietas lokal. Namun saat ini, varietas Sangga Sembalun pun ternyata bisa tumbuh dan berumbi dengan bagus disini," tukasnya.

Petani sekaligus penangkar benih bawang putih asal Bima, M Yamin, mengaku senang bisa membuktikan bahwa bawang putih bisa dibudidayakan di lahan dataran rendah miliknya. "Awalnya saya penasaran saja ingin mematahkan anggapan umum para petani bahwa bawang putih hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Padahal potensi lahan dataran rendah di Bima sangat luas. Setelah saya lakukan ujicoba tanam seluas 3,5 hektar dan rawat dengan baik, nyatanya bawang putih bisa tumbuh dan berumbi di dataran rendah seperti di Belo ini," ujar Yamin yang juga ketua kelompok tani Sodore Desa Lido tersebut. Keberhasilan ujicoba tersebut membuat Yamin semakin tertantang untuk memperluas tanam sekaligus mencari metode yang paling tepat untuk budidaya bawang putih dataran rendah.(R/Rajendra)