Pesona Puncak KETEPU – Kampung Merabu Ekowisata di pegunungan karst

By Admin


 Oleh Ganecha Yudhistira

Petani – LPHD Kerima Puri

Kp Merbabu – Berau

https://ganechayudhistira.blogspot.com/2016/10/puncak-ketepu-kampung-merabu.html

nusakini.com - Siapa Yang tak suka jalan-jalan menikmati keindahan alam, budaya, dan makanan khas Indonesia, siapapun pasti suka jalan-jalan ya tentunya. Tak heran Indonesia menjadi Negara yang banyak di kunjungi wisatan asing karena keindahannya. Terbukti pada tahun 2019 Indonesia meraih devisa sebesar Rp. 280 Triliun dari wisata, jumlah pendapatan ini meningkat dari tahun sebelumnya. Gimana? Kagum gak kalian dengan Indonesia, atau kalian sudah pernah ke mana aja untuk melihat Indonesia dari dekat?. Kali ini saya ingin cerita tentang Desa yang berada di Pulau Borneo tepatnya adalah Kampung Merabu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau di Kalimantan Timur kebetulan saya membantu teman-teman disana dalam mengembangkan salah satu potensi jasa lingkungan atau Ekowisata. Ada yang tau nggak tentang ekowisata ??? Ekowisata itu adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat - The Ecotourism Society (1990). Nah itu sedikit penjelasan tentang ekowisata yaa. 

Lanjut cerita tentang Kampung Merabu, yang memilki keindahan alam yang tak kalah menarik dengan tempat-tempat wisata lainnya di Indonesia. Kampung ini memiliki peninggalan prasejarah dan juga hutan yang masih alami dan terjaga, selain itu kampung Merabu ini juga telah memiliki hutan desa yang mereka Kelola sendiri dan mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan pada tahun 2015 lalu. Dengan adanya hak akses dan kelola yang kami terima selama 35 tahun ini, akhirnya Kelompok Swadaya Masyarakat yang Bernama Kerima Puri“ atau sekarang dibawah ke pengurusan LPHD Kerima Puri mencoba melakukan pengembangan ekonomi, mulai dari pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), agroforestry, silvopasture hingga pemanfaatan jasa lingkungan (ekowisata). Pengembangan komoditi kehutanan yang familiar dan adaptif sesuai dengan hasil identifikasi potensi LPHD ini tentunya juga disesuaikan dengan tata kelola kawasan, kelola usaha dan kelembagaan yang ada dalam rencana pengelolaan hutan desa (RPHD). Apalagi hutan Kalimantan dikenal kaya dengan banyak jenis tanaman dan hasil hutan lain yang mempunyai manfaat bagi kesehatan, yang pastinya banyak dicari saat masa adaptasi seperti ini. LPHD kami ini masih butuh banyak dampingan, bimbingan dan kerjasama untuk pengembangan potensi-potensi hasil hutan dan juga ekowisatanya.  

Dari sinilah juga, saya mulai belajar tentang pengelolaan hutan desa bersama dengan teman-teman kampung Merabu, banyak hal yang saya dapatkan bersama teman-teman apalagi tentang ekowisata. Ya, karena di ekowisata ini saya dan teman-teman terus belajar dari banyak hal, mulai dari bahasa, tingkah laku hingga dengan manajemen waktu, semua saya pelajari secara otodidak.

Ada pengalaman menarik, saat saya kebetulan mendampingi 2 orang wisatawan yang berasal dari republic Cezh (Ceko) yang bernama Lukas Zeman dan Luci Zemanova. Saya menjemput mereka di Bandara Kalimarau Tanjung Redeb Berau, kami mulai bercerita sepanjang perjalanan, mulai dari perkenalan standar yaa .. nama, asal, hingga kenapa tertarik berkunjung ke Kampung Merabu. Kembali lagi komunikasi menjadi paling penting agar suasananya bisa hidup sepanjang perjalanan wisata ini. Lika liku jalanan dan serunya berbagi cerita diperjalanan membuat kami tidak terasa perjalanan panjang ini. 

Akhirnya kami sampai dan mampir di Kampung Long Beliu/Long Gie, disini adalah kampung suku Dayak kenyah dan Punan yang masih menjaga tradisi dan budayanya. Disini kami melihat tarian suku Dayak kenyah di balai adat yang dibangun tahun 1900an yang masih original, dengan ukiran-ukiran khas dayaknya dan nenek telinga panjang. Setelah dari Kampung Long Beliu, perjalanan kami lanjutkan menuju Kampung Merabu sekitar kurang lebih 2 jam dengan medan yang tak biasa karena menuju kampung merabu jalannya tak sebagus jalan di ibukota ya he he. Saat sampai di Kampung Merabu, kembali para tamu kami sangat terkesan dengan kondisi alam yang masih terjaga dan keharmonisan masyarakat dalam menjaga hutan. 

Setelah berisitirahat di kampung Merabu, perjalanan pun berlanjut menuju tujuan utama yaitu lokasi ekowisata Puncak Ketepu. Puncak ketepu adalah sebuah pegunungan Karst yang ada Di Kampung Merabu dengan ketinggian kurang lebih 400 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Gunung Karst yang sangat kokoh dan memiliki pemandangan indah saat berada di atas puncak ini saya sering menyebutnya KEKAR (KETEPU KARST), puncak ini berada tak jauh dari Danau Nyadeng. Jarak si KEKAR jika ditempuh dari danau Nyadeng memakan waktu kurang lebih 1 jam dengan track yang sangat menantang. Perjalan menuju Si KEKAR ini kita akan terus mendaki dengan kemiringan mulai dari 40 derajat sampai 70an derajat. 

Decak kagum terlihat diwajah tamu-tamu kami melihat keindahan Puncak Ketepu. Gugusan karst yang begitu indah dengan di hiasi awan-awan tipis di sela-sela bebatuan. Wisatawan yang kesini akan disuguhi suasana kabut dan sejuknya suasana pemandangan alam pegunungan karst. Ini belum termasuk potensi wisata goa dan air purba yang bersembunyi dibawah pegunungan karst ini loh. Akhirnya setelah berjalan selama kurang lebih 50 menit kita akan sampai pada muara goa, tepat di bawah puncak ketepu di muara inilah biasa di jadikan tempat untuk istiahat dan camp bagi pengunjung yang ingin bermalam dan menikmati pemandangan di pagi hari. Tapi bagi kalian yang ingin menginap di ketepu kalian harus bawa banya persediaan air karna tidak ada air saat di atas.

Ke 2 tamu kami ini merasa terpukau dengan kondisi alam yang masih asri, merasa sangat jatuh cinta dengan perjalannya ke Kampung Merabu dan saking senangnya hasil foto-foto mereka kapun di kirimkan ke kami. Mulai dari tempat dia menginap (homestay), keberadaan Lembaga Pengelola Hutan Desa Kerima Puri dan foto kampung Long Beliu/Long Gie. Foto-foto yang begitu indah yang mereka kirimkan langsung dari negaranya, bisa jadi bahan promosi ekowisata kami. Hingga saat ini kami masih berhubungan baik sambil memberi kabar terkait perkembangan yang ada di kampung Merabu. Ya itulah pesona Ketepu, potensi usaha ekowisata ternyata menghasilkan banyak pengetahuan, ragam dan karakter yang kita bisa kita pelajari dari siapapun. Yang terpenting adalah semangat untuk tetap berbuat baik pada siapapun termasuk dengan alam semesta. Tetap semangat untuk para relawan-relawan yang mau meluangkan waktu dan hidupnya untuk alam semesta dan isinya. 

Kembali ke E learning Perhutanan Sosial, melalui transformasi pengetahuan lewat pelatihan daring atau e learning Perhutanan pasca ijin yang baru saja saya ikuti, ternyata ada banyak informasi, bahkan ada tutor nya berbagi pengalaman prospek pengembangan ekowisata virtual yang bisa kami ujicobakan. Antusias teman-teman peserta tampak begitu nyata, kegiatan peningkatan kapasitas jarak jauh yang dilakukan KLHK, berbagi pengetahuan, pengalaman, tips dan trik menghadapi new era ini membuat kami semakin terbuka dan bikin kami makin semangat. 

Dalam masa transisi new normal ini, ijin akses kelola yang kami terima, pengembangan usaha di Perhutanan Sosial adalah peluang besar buat kami dalam melakukan kegiatan usaha yang adaptif juga merintis kelola perhutanan sosial yang lebih mendekatkan kita dengan alam. Tentunya pilihan usaha berbasis ramah lingkungan dan pastinya berkelanjutan akan menjadi pilihan dan peluang terbaik saat ini. Kembali lagi semuanya adalah pilihan, sejatinya pengelolaan pengetahuan di Perhutanan Sosial memang bukan mencari sesuatu yang lebih baik, tetapi untuk mengetahui bagaimana kami bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.  

Salam 5 Jari dari Kerima Puri.