Peserta MTQN Duta Promosi Nilai Keislaman Indonesia

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut bahwa para peserta Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) sebagai duta daerah yang telah menjalani proses seleksi secara berlapis. Mereka adalah generasi bangsa yang tumbuh dari proses pembelajaran yang tekun untuk menjadi Ahlul Quran, yaitu orang yang memiliki derajat tersendiri. 

Untuk itu, Menag berharap para peserta MTQN juga bisa menjadi duta bangsa yang bertanggung jawab dalam promosi nilai-nilai keislaman Indonesia. "Para pemenang MTQ Nasional ini seyogianya tidak sekadar disiapkan sebagai juara dalam MTQ tingkat regional dan internasional, tapi juga harus diarahkan sebagai Duta Bangsa Indonesia yang mempromosikan nilai-nilai keislaman yang berkembang di Tanah Air," demikian penegasan Menag saat memberikan sambutan pada pembukaan MTQN XXVI di Mataram, Sabut (30/07) malam. 

"Dari proses inilah, Indonesia diharapkan akan jadi bangsa relijius yang diteladani bangsa lain dan masyarakat Muslim unggulan yang dapat menentukan peradaban dunia," tambahnya. Hadir dalam kesempatan ini Presiden Joko Widodo bersama Ibu Iriana, Sekjen Rabithah Alam Al Islami, Gubernur NTB TGH. Muh. Zainul Majdi, para Dubes negara sahabat, serta para kafilah dan ribuan masyarakat Mataram dan sekitarnya. 

Menilik sejarah, Menag berkisah bahwa cikal bakal MTQ dari kegiatan rutin Lailatul Qiraah yang dilakukan oleh para qari di Masjid Sunan Ampel Surabaya pada 1950-an. Majelis pembacaan Al-Quran dengan seni suara itu dimaksudkan sebagai upaya menjiwakan AL-Quran di sanubari umat Islam agar mereka lebih tergerak menjadi manusia yang lebih baik. "(Ini) Mirip cara Walisongo menarik minat masyarakat untuk memperdalam dan mengamalkan Islam melalui aneka seni budaya," terangnya. 

Melihat besarnya animo masyarakat, salah satu qari penggagas majelis itu, Kiai Basori Alwi, menyampaikan ide kepada pemerintah tentang lomba baca Al-Quran antarnegara. Ide tersebut kemudian diwujudkan dalam Musabaqah Tilawatil Quran tingkat internasional yang memperkuat identitas kegiatan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) di Bandung pada 1955. 

"Itulah MTQ yang pertama kali di dunia, dan langsung bertaraf internasional yang dihadiri belasan negara. Setelah itu, Presiden Soekarno menugaskan 11 qari Indonesia bermuhibah menjalankan Misi Kebudayaan ke sejumlah negara sahabat," tuturnya. 

Ditambahkan Menag, merasakan manfaat besar dari syiar melalui Al-Quran, pemerintah lantas melembagakan MTQ tingkat Nasional sebagai kegiatan resmi yang digelar secara bergiliran di berbagai daerah. Pada tahun 1968, MTQ Nasional pertama digelar di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, dari semula hanya melombakan tilawatil Quran, kini terdapat sedikitnya tujuh cabang lomba dalam MTQ Nasional. Yaitu, Tilawah (lagu), Hifdzil Quran (hafalan), Syarhil Quran (literasi), Tafsir Quran (pemaknaan), Fahmil Quran (penguasaan konten), Khat (kaligrafi), dan Maqalah Quran (karya tulis ilmiah). 

"Keragaman cabang lomba ini menandakan bahwa MTQ Nasional bukan hanya kegiatan yang menampilkan seni suara semata. Lebih dari itu, MTQ ini juga bernuansa ilmiah yang menguji kemampuan menghafal, menafsir, menalar, dan menarasikan ayat-ayat Tuhan," tandasnya. 

MTQ Nasional ke-26 tahun 2016 mengambil tema: MTQ Nasional Upaya Mewujudkan Revolusi Mental dalam Pemantapan Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lil Alamin. Terminologi Rahmat dalam Al Quran disebut sebanyak 338 kali. Menurut para ahli tafsir, ayat-ayat tentang rahmat memiliki 14 jenis makna yang semuanya merujuk pada hal-hal baik yang mencerminkan kedamaian dan kemakmuran. 

"(Tema ini mengandung pesan bahwa) cita-cita Indonesia sebagai negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur akan terwujud jika kita merevolusi diri untuk memenuhi nilai-nilai pada makna kata rahmat," kata Menag. 

Dalam rangka menuju ke sana, lanjut Menag, diperlukan sikap dasar berupa keterbukaan (transparansi), tanggung jawab (akuntabilitas), keringkasan (efisiensi), dan ketepatan (efektifitas). Untuk itu, pada MTQ kali ini, untuk pertama kalinya digunakan e-MTQ, yaitu aplikasi pendaftaran peserta secara online. Pemanfaatan teknologi informasi ini dimaksudkan untuk mengikis praktik kecurangan, meringkas keruwetan, dan menghindari konflik dalam lomba. 

"Ini adalah upaya konkret Kementerian Agama dan panitia menumbuhkan sportivitas dan tata kelola yang baik agar MTQ Nasional memiliki integritas tinggi sehingga mencerminkan keagungan ajaran Islam," tandasnya.(p/ab)