Perusahaan Flash Siap Rakit Ponsel di Indonesia

By Admin


nusakini.com - Perusahaan pecahan Alcatel dari Prancis, Flash mengaku siap memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16/M-IND/PER/2/2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk perangkat berteknologi generasi keempat (4G). Flash pun siap menggandeng mitra lokal untuk merakit ponselnya di Indonesia.

Country Manager Flash Indonesia Eko Susanto mengungkapkan, pihaknya siap memenuhi peraturan pemerintah terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk perangkat 4G. "Kami akan mengikuti ketentuan pemerintah, kami telah menyiapkan sampai dengan third party," kata dia di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Eko, pihaknya saat ini Flash tengah dalam pembicaraan dengan pihak ketiga untuk memenuhi TKDN. Sayangnya, dia belum dapat dan mau berbagai mengenai informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut. "Pabrik ada dua satu di sini (Jakarta), satu di Semarang. Semua tinggal tunggu tanggal mainnya," ujarnya.

Saat ini, perangkat 4G terbaru Flash, Flash Plus 2, dilabeli dengan sebutan 4G ready. Artinya, pada saat Flash mendapatkan lisensi dari pemerintah, perangkat yang sebenarnya telah mendukung teknologi 4G tersebut dapat berjalan dan dioperasikan pada jaringan 4G.

"Saat ini, perangkat kami (Flash Plus 2) mendukung jaringan TDD dan FDD yang berjalan di seluruh jaringan operator," ujar Business Development Director Flash Global Yogi Babria, menambahkan. Ke depannya, lanjut Yogi, Flash akan tetap fokus pada produksi ponsel pintar (smartphone) dengan layar 5 inci dan 5,5 inci. Flash juga berencana untuk mengembangkan produk dengan memperkenalkan varian-varian baru lainnya.

Untuk saat ini, berbedasarkan Peraturan Menteri Perindustrian, pada tahap awal, persentase kandungan lokal untuk ponsel masih dikenakan sebesar 20%. Tetapi, mulai awal 2017, produsen harus memenuhinya hingga 30%.

Hanya saja, kemudian muncul wacana bahwa persentase tersebut bisa terdiri atas komposisi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Terakhir, pemerintah kembali mengubah skema investasi untuk pemenuhan TKDN oleh vendor ponsel 4G LTE sebagai syarat berjualan di Indonesia.

Salah satu pilihannya, ponsel 4G yang dijual di atas harga Rp 8 juta boleh tidak dirakit di Indonesia. Ponsel pun boleh diimpor sudah dalam belum jadi (complete build unit/CBU) ketika memasuki Indonesia.

"Syaratnya, harga cost insurance freight (CIF) Rp 8 juta atau lebih,” ujar Direktur Jenderal Indusri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan.

Pisah Mei 2016 Pada 17 Mei lalu, Flash yang dahulunya merupakan salah satu nama seri produk dari perusahaan teknologi Alcatel resmi berdiri menjadi brand mandiri. Yogi pun mengungkapkan alasan Flash berpisah dari Alcatel.

Menurut dia, orang-orang yang berada di balik Flash masih sama. Kami seperti kakak-beradik dengan orang tua yang sama. "Banyak customer yang justru mengenal Flash sebagai brand. Jadi, kami ingin mengembangkan Flash. Untuk itu, kami mengambil langkah ini," sambung dia.

Hal senada juga disampaikan oleh Eko Susanto. "Lebih leluasa mengembangkan produk sendiri," ujar dia. Apalagi, Flash dan Alcatel sejatinya memiliki segementasi pasar yang berbeda. "Beda segmen, Alcatel imejnya brand lama. Sementara itu, anak-anak muda sekarang usia 18 sampai 24 tahun lebih kenal Flash," katanya.

Jika sebelumnya membawa dua brand, yakni Alcatel dan Flash, sekarang, Flash setelah menjadi brand mandiri lebih fokus pada feedback pengguna. Walaupun begitu, tapi Flash sebagai brand baru tetap dengan membawa DNA Alcatel TCL.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan, Alcatel akan lebih fokus pada bisnis smartphone, sedangkan Flash akan mengikuti tren perkembangan produk di pasaran. Karena itu, tidak menutup kemungkinan bagi Flash yang memilih online sebagai sistem penjualan, untuk menghadirkan perangkat virtual reality (VR) maupun pesawat pintar tanpa awak (drone). "Kami akan memperkenalkan produk baru, step by step," ujar Yogi.(p/mk)