Perbaiki Akurasi Data Kementan Gunakan Teknologi Penginderaan Jauh
By Admin
Foto/Ilustrasi (LAPAN)
nusakini.com - Dalam rangka memperbaiki keakurasian data pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) kini menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Gatot Irianto, menerangkan penerapan cara tersebut dengan melibatkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dengan mengolah data dari citra setelit Landsat-8.
"Cara ini dinilai lebih praktis, efisien dan cepat, dan di-update setiap 16 hari sekali," ujarnya di Jakarta, Sabtu (15/7/2017).
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Suwandi, menambahkan, pihaknya juga memberlakukan kebijakan satu data yang dikoordinasikan Badan Pusat Statistik (BPS).
Bahkan, BPS kini sedang menyusun roadmap guna memperbaiki data pangan dengan melibatkan Kementan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lapan, Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Pertanahan Nasional (BPN), serta instansi terkait lainnya.
"Sesuai roadmap berbagai metode perbaikan data pangan sudah harus diselesaikan pada 2018," jelasnya.
Suwandi kemudian menerangkan beberapa metode perbaikan pengumpulan data. Yakni, BPS bersama BPPT mengembangkan metode Kerangka Sampling Area (KSA).
Sedangkan Kementan dan Lapan memanfaatkan satelit Landsat-8 dalam memantau data luas tanam dan panen padi detail sebaran spasial dan data tabular.
Data citra satelit tersebut beresolusi 1 pixel setara 30x30m atau 900m2 dan resolusi temporal 16 hari sekali. Data hasil citra disajikan transparan dan bisa akses publik di situs sig.pertanian.go.id.
"Guna memperbaiki perhitungan produktivitas padi metode ubinan. Kementan juga mengembangkan metode ubinan padi jajar legowo. Untuk diketahui, tanam padi pola jajar legowo ini berpengaruh nyata pada produksi padi," bebernya.
Dengan demikian, Kementan berharap segala potensi sumber daya alam dalam rangka mengoptimalisasi hasil bumi, khususnya di sektor pertanian, dapat terealisasi. Diharapkan pula tidak ada lagi kesimpangsiuran data.
Soalnya, kebijakan tersebut tak lepas dari saran yang diberikan Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Adi Lumaksono, di mana pengujian di Kabupaten Indramayu dan Garut pada 2015 tidak dimaksudkan untuk memperkirakan produksi.
Uji coba itu digelar untuk memperbaiki cara menghitung selama ini dengan SP-padi. Namun, hasil uji coba KSA tidak bisa digunakan guna menyimpulkan luas panen, sebab masih ada kekurangan.
Monitoring Lahan
Hingga kini Kementan sedang memonitor luas tanam padi dan jagung secara harian dan berjenjang, mulai dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional.
Data dikumpulkan petugas lapangan dan dikirim melalui pesan singkat (SMS) ke SMS Center dengan aplikasi secara online.
Data luas tanam harian ini diperlukan untuk kepentingan internal Kementan sebagai bahan pengambilan kebijakan dan langkah teknis operasioanal di lapangan guna meningkatkan produksi.
Misalnya, tanaman padi nasional pada Juli 2017 seluas 1.179.065 ha dan realisasi sampai Sabtu (14/7/2017), seluas 415.801 ha.
Begitu pun untuk tanaman jagung, kedelai, cabai, bawang merah, inseminasi buatan (IB), sapi bunting, sapi melahirkan, dan lainnya. (p/mr)