Perang Lightweight: Ternyata, Uang Bukan Segalanya! (Bagian-3)

By Abdi Satria


M.Nigara       

Wartawan Senior/Komentator Tinju tvone                                   

TERBUKTI, uang bukan segalanya. Meski Teofimo Lopez, juara dunia Lightweight WBC, IBF, dan WBO sudah menandatangani kontrak Rp 84 miliar untuk laga unifikasi melawan George Kambosos, juara dunia versi WBA, uang ternyata tak mampu mengatur segalanya. Setelah jalan berliku dan Triller telah pula menggelontorkan ratusan miliar rupiah, pertarungan pun lepas dari mereka. 

Lopez sendiri pasti terasa sesak karena tawaran Triller membuat ia hengkang dari Bob Arum dengan top Ranknya. Maklum, Arum, meski sudah ikut membesarkannya, tapi tawarannya terlalu kecil. 

Gagal

Kalau saja Matchroom tidak gagal dalam mengemas rancangan pertarungan Oktober 2021, maka Teofimo Lopez, juara dunia Lightweight WBC/IBF/WBO, tidak akan bertemu dengan George Kambosos, juara dunia di kelas yang sama versi WBA. Dan tidak pula meninggalkan Arum. Pertarungan remacht atau ulangan Lopez vs Vasiliy Lomachenko sudah terjadwal sejak sebelum laga pertama (17/10/2020) berlangsung. 

Sayang, semua negosiasi kandas. Maka hak berpindah tangan ke penawar paling tinggi, Eddie Hearn dengan DAZNnya. Selain laga ulang, Lopez sendiri sesungguhnya sudah ditunggu oleh sederet penantang lainnya. Devin Haney, juara dunia regular WBC dan George Kambosos, juara dunia versi WBA dan penantang utama di IBF, sudah menunggu. 

Tergoda

Batalnya remacht dengan Lomachenko membawa pertengkaran kubunya dengan Bob Arum dan top Rank. Di satu sisi Lopez sadar betul yang membawanya ke panggung elit adalah promotor paling senior itu, tapi tawaran yang disodorkan hanya 1,25 juta dolar atau setara Rp 17, 5 miliar. Sementara Triller-Fight  menyodorkan angka 6 juta atau Rp 84 miliar. Selisih yang sangat jauh. 

Banyak pihak menyayangkan sikap Lopez yang mata duitan. Tapi, tidak sedikit yang membelanya. Sebagai anak muda, pilihannya hengkang dianggap tepat. Meski beda kasusnya dengan Oscar De La Hoya, perginya Lopez dari top Rank, bisa dimengerti. Tinju pro adalah bisnis, dan bisnis pastilah mencari keuntungan. 

Ternyata uang bukan segalanya. Meski tawaran Triller begitu dahsyat, kendala demi kendala membentang di depan mata.

Awalnya laga akan dilakukan di tempat asal Kambosos, Australia. Tapi, pandemi Covid-19, membuat negara Kanguru itu meminta syarat yang ekstra ketat. "Ada isolasi dua minggu dan lain-lain, " kata kubu Lopez. 

Tapi, demi bayaran fantastis, Lopez, meski berat hati, berancang-ancang untuk masuk kesituasi yang tak mengenakan itu. Beruntung IBF menolak rancangan itu. 

Maka dicarilah tempat alternatif. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab masuk dalam daftar pemilihan tempat. Sekali lagi, persyaratan di dua negara itu, membuat langkah Triller terhenti. 

Akhirnya kembali ke Amerika, negeri di mana pagelaran tinju dilakukan sepanjang hari kecuali hari Senin. New York City pun yang jadi pilihan. 

Anehnya tiba-tiba Triller mundur. Alasannya dengan kembali ke Amerika, banyak gagasan baru yang akan mereka kembangkan, tidak dapat berjalan. Tidak dijelaskan gagasan apa yang akan dimunculkan, tetapi Triller sudah memantapkan diri untuk balik-kanan. Bahkan mereka tak perduli meski sudah mengeluarkan dana sekitar Rp 140 miliar untuk promosi awal. 

Ujung dari semua drama itu, Teofimo Lopez ikutan bernasib buruk. Anak muda yang sinar prestasinya sedang terang-terangnya, kandas. Ia kalah split decision dari Kombosos, 114-113, 115-111, dan 114-112. 

Kini Kambosos Jr, petinju yang dilahirkan di kota Sydney, New South Wales, Australia, 14 Juni 1993, menjadi juara di tiga versi badan tinju dunia: WBA, IBF, dan WBO. Lopez sendiri masih memegang satu sabuk juara versi WBC yang tidak ikut dipertaruhkan. 

Lightweight sendiri adalah kelas di mana petinju kita  Daud Chino Yordan berada. Sayang, Daud yang sempat terpampang di  rangking salah satu badan tinju dunia, karena jarang bertarung namanya hilang dari sana. 

Kita berharap Daud bisa kembali masuk ranking...