Foto: Dokumentasi Setneg  

nusakini.com - Pengelolaan strategi komunikasi di era derasnya arus informasi adalah suatu keharusan. Sebuah isu dapat berkembang menjadi wacana liar dalam ruang informasi yang saat ini serba instan dengan kehadiran media sosial. Respon cepat dan tepat menjadi hal yang tak dapat dihindarkan. Pemerintah pun serius melakukan perbaikan strategi komunikasi dan sinergitas antar lembaga demi menciptakan narasi tunggal yang memberikan informasi akurat kepada masyarakat. 

Penegasan itu tersampaikan dalam Rapat Koordinasi Kehumasan Kementerian dan Lembaga yang digelar di Gedung Sekretariat Negara, Senin, (13/3/2017).

Dalam pertemuan yang dihadiri para Kepala Biro Humas serta admin media sosial Kementerian/Lembaga ini. Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menekankan pentingnya pelibatan para pemangku kepentingan dalam mengomunikasikan kebijakan dan merespon berbagai isu dengan cepat dan akurat.

“Seringkali sosialisasi program pemerintah tidak sampai ke masyarakat. Perlu diperhatikan siapa yang kita sasar untuk memperoleh informasi,” kata Teten.

Teten menekankan prinsipnya kecepatan dan akurasi dalam merespon berita hoaks. “Jawab dengan cepat, dengan data yang siap saji,” tegas Teten.

Ke depan diharapkan sinergi komunikasi antar kementerian lembaga maupun humas pemerintah dapat lebih baik. “Koordinasi antar lembaga dalam merespon isu terutama dalam penggunaan media harus dioptimalkan demi mencegah terjadinya kegaduhan informasi di masyarakat,” kata Teten.

Kesenjangan Komunikasi

Pemerintah mengakui, selama ini terjadi ‘gap’ atau kesenjangan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah telah melakukan banyak hal, namun publik belum mengetahuinya. Oleh karena itu diperlukan strategi dalam mengurangi ‘gap’ ini.

Anggota Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana memaparkan salah satu strategi yang dilakukan pemerintah yakni membanjiri informasi agar diketahui publik. “Sesuai arahan Presiden, ada empat poin yang perlu diperhatikan yaitu kecepatan respon, ketepatan respon, konsolidasi dan berorientasi pada dampak,” kata Ari.

Narasumber lain, Sukardi Rinakit menambahkan pentingnya mendekatkan persepsi dengan publik sehingga dapat mengurangi ‘kesenjangan’ informasi.

“Seseorang itu kecenderunganya melihat apa yang dia suka. Oleh karenanya, even besar maupun program strategis dan prioritas harus disosialiaasikan di web masing-masing kementerian secara insentif,” ungkapnya.

Adapun Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berbagi kisah bagaimana menangani strategi media sebuah event kenegaraan secara optimal. Misalnya, Konferensi Asia Afrika, KTT Luar Biasa OKI, Tafisa, IORA, dan mendatang Asian Games 2018. “Kita optimalkan media sosial, videotron, media online, ditambah berbagai acara seperti pertemuan admin kementerian dan lembaga, buzzer media sosial, maupun media gathering,” kata Rudiantara. (p/mk)