Pembubaran Ormas Radikal Jadi Tema Debat, Begini Adu Argumen Siswa Pentas PAI

By Abdi Satria


nusakini.com-Makassar-Salah satu cabang lomba Pekan Ketrampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) di Makassar adalah debat pengetahuan agama Islam.  

Angkat "Keberagamaan Generasi Milenial yang Moderat" dengan Sub Tema "Pembubaran Ormas Radikal", peserta debat dibagi menjadi dua kubu, pro dan kontra. Setiap tim diminta untuk beraduargumen sesuai posisinya, pro ataukah kontra. Kondisi ini menjadikan lomba terlihat seru dan menarik. 

"Bagaimana anda setuju pembubaran organisasi kemasyarakatan yang dianggap radikal? Tidakkah tindakan seperti itu mengganggu demokrasi?" Itul salah satu contoh sanggahan tim debat kontra dalam tema pembubaran ormas radikal di Makassar, Sabtu (12/10). 

Lalu tim pro menyanggahnya, "Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani menyatakan bahwa dalam mengambil keputusan setidaknya didasarkan pada tiga landasan. Pertama, ilmu al-'ulama yakni ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pendapat dan pengetahuan para ulama. Kedua, hikmat al-hukama' yakni kebijaksanaan para filosof atau orang bijak. Ketiga, siyasat al-muluk yakni pertimbangan politik penguasa," jelas tim debat pro pembubaran ormas radikal dalam pembelaannya.  

"Apa yang dilakukan Bung Hatta ketika tidak setuju dengan penguasa adalah contoh hikmat al-hukama. Beliau tidak mau bergabung dengan kelompok pemberontak seperti DI/TII maupun PRRI yang menginginkan pendirian negara sendiri, meski ditawari oleh mereka," lanjutnya berargumen. 

Ada sejumlah sub tema yang dijadikan materi debat. Selain pembubaran ormas, tema lainnya tentang perda agama, demokrasi, radikalisme beragama, religius culture dalam lembaga pendidikan, dan tema-tema sejenis lainnya. 

Lomba debat PAI ini diikuti 23 tim debat dari seluruh propinsi, yang dibagi dalam tiga babak; penyisihan, semi final, dan final. "Peserta debat terlihat menunjukkan kesiapan yang matang, baik untuk membela pendapatnya maupun untuk menolak pendapat lawannya," ujar koordinator lomba debat Anis Masykhur. 

Menurutnya, argumentasi yang disampaikan para siswa dalam debat menunjukkan bahwa mereka telah memiliki bacaan di atas rata-rata. Bahkan menurut Dr. Khamami Zada, MA, salah satu dewan juri debat, opini yang disampaikan peserta di luar dugaannya. "Saya meneliti empat tahun yang lalu, kondisinya berbeda dengan apa yang mereka saya lihat saat ini," ungkapnya. 

Lomba Debat adalah salah satu dari 10 jenis perlombaan yang meramaikan Pentas PAI 2019. Ajang yang dibuka oleh Menag Lukman pada 10 Oktober inj akan berlangsung hingga 13. (p/ab)