Peluang Ekspor Industri Otomotif Nasional Masih Terbuka

By Admin

nusakini.com--Pemerintah meminta industri otomotif di Tanah Air semakin agresif memperluas pasar ekspor untuk membuat sebuah keseimbangan dengan kebutuhan pasar domestik. Oleh karena itu, diperlukan pula peningkatan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dalam upaya menguatkan inovasi dan daya saing sekaligus memenuhi selera konsumen global. 

“Langkah tersebut diharapkan mampu menambah kontribusi signifikan dari industri otomotif terhadap perekonomian nasional. Kami menargetkan nilai ekspor mobil tahun ini tumbuh sekitar 10 persen,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seusai menghadiri pembukaan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di Jakarta, Kamis (27/4). 

Tahun 2016, subsektor industri alat angkutan (termasuk di dalamnya industri otomotif) memberikansumbangan terhadap PDB sektor industri non migas yang mencapai 10,47 persen atau terbesar ketiga setelahsubsektor industri makanan dan minuman (32,84 persen) serta subsektor industri barang logam,komputer, elektronik, optik, dan peralatan listrik (10,71 persen). 

Sementara itu, Menperin menyampaikan, saat ini produksi nasional kendaraan roda empat mencapai1,1 juta unit per tahun dengan jumlah ekspor sebanyak 200 ribu unit per tahun. “Selain itu, industriotomotif mampu menyerap tenaga sebanyak tiga juta orang di Indonesia. Kami menargetkan totalproduksi nasional kendaraan roda empat pada tahun 2020 sebesar 2,5 juta unit,” tuturnya. 

Airlangga mengungkapkan, salah satu negara yang berpeluang menjadi destinasi baru pasar ekspor bagiindustri otomotif nasional saat ini, yaitu Australia. Pasar kendaraan roda empat di Negara Kangurutersebut mencapai 1,2 juta unit per tahun. “Di sana, beberapa produsen otomotif terpaksa tutup. Inimenjadi kesempatan yang bagus bagi Indonesia untuk masuk ke pasar Australia,” ujarnya. 

Menurut Airlangga, kendaraan produksi dalam negeri masih didominasi varian Multi Purpose Vehicle (MPV), Sport Utility Vehicle (SUV) dan Low Cost Green Car (LCGC). Sedangkan, konsumen Australia lebih meminati kendaraan berjenis sedan, kabin ganda atau mobil berpenggerak 4x4. “Makanya, industri otomotif nasional perlu banyak produksi kendaraan sedan yang digemari konsumen luar negeri,” jelasnya. 

Mengenai penerapan standar emisi Euro4, Airlangga mengatakan, pelaku industri sudah siap untuk menjalankan aturannya dan Kementerian Perindustrian terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Pertamina. “Kami serius mengkaji standar Euro4 ini, selain bermanfaat bagi lingkungan, juga berdampak positif kepada industri. Apalagi sebenarnya di dunia sudah memberlakukan,” ucapnya. 

Airlangga menargetkan penerapan Euro4 bisa terlaksana pada tahun 2019. “Harapan itu terpenuhi apabila pembangunan kilang minyak di Cilacap cepat selesai. Bahkan, kami telah bicara dengan Kementerian ESDM yang akan menerapkan Euro5,” imbuhnya. 

Di sisi lain, untuk mendukung konsep ramah lingkungan dan memperluas pasar ekspor, Kemenperin juga telah mendorong produsen agar memproduksi kendaraan low carbon emission vehicle (LCEV). “Saat ini masih dalam regulasi. Teknologi yang dikembangkan seperti hybrid dengan electric motor,” jelasnya. 

Dalam upaya memacu inovasi tersebut, Menperin mendorong produsen agar dapat membangun pusat penelitian dan pengembangan di dalam negeri sekaligus untuk menghadapi era Industry 4.0.

“Karena inovasi merupakan kebutuhan pelaku industri agar dapat berdaya saing memasuki revolusi industri ke-4, dengan memanfaatkan teknologi terkini seperti robotic, 3D printing, artificial intelligence, dan internet of things,” paparnya. 

Di samping itu, Menperin mengajak perusahaan terlibat dalam kegiatan pendidikan vokasi industri yang dicanangkan oleh Kementerian Perindustrian. Program ini mengusung konsep link and match antara industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan, sehingga kompetensi para pencari kerja dapat memenuhi sesuai kebutuhan di lapangan. 

Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi global mengalami masa yang kurang baik. Namun di tengah kondisi tersebut, perekonomian Indonesia masih tumbuh di atas lima persen. “Hal ini tentunya mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah Negara tujuan investasi yang tepat bagi sektor otomotif, dan menjadi momentum yang tepat untuk mendorong pengembangan sektor industri otomotif lebih maju lagi,” terangnya. 

Menperin berharap, penyelenggaraan IIMS dapat menjadi ajang promosi dan edukasi bagi parapengunjung terhadap berbagai produk kendaraan unggulan yang diproduksi di Indonesia. 

Menperin juga sempat menyampaikan, pabrik PT SGMW Motor Indonesia yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan resmi beroperasi pada Juli 2017. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 120 ribu unit per tahun ini akan meluncurkan model kendaraan MPV dengan mesin 1.200 cc dan 1.500 cc. 

“Mereka sudah investasi sebesar Rp 7 triliun. Tenaga kerja yang akan terserap mencapai 3.000 orang dan TKDN sudah lebih dari 40 persen, dan kami minta untuk ditingkatkan menjadi 60 persen,” ujarnya. Industri ini serius menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya. Selain untuk memenuhi pasar domestik, perusahaan akan mengekspor ke negara-negara Asean.(p/ab)