Nusakini.com--Osaka--Ikut memeriahkan penyelenggaraan KTT G20 di Osaka, PPI Jepang mengadakan simposium ilmiah yang dinamakan the 2nd Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegian in Japan (ASSIGN), (30/06).

Simposium ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi bagi pembangunan di Indonesia dari pemikiran mahasiswa Indonesia di Jepang yang melibatkan Indonesianis asal Jepang, diaspora 

Indonesia yang berkarir di negeri Sakura dan perwakilan Pemerintah RI dari beberapa instansi. 

Kajian PPI Jepang menemukan setidaknya tiga aspek yang mesti dibenahi oleh Pemerintah RI untuk mempercepat pembangunan di daerah 3T, 

yakni kesehatan dan pendidikan, penerapan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta reformasi kebijakan ekonomi dan publik.

Peserta Simposium PPI Jepang melakukan foto bersama setelah rangkaian acara ASSIGN. Selain dihadiri oleh mahasiswa Indonesia di Jepang, acara ini juga melibatkan mahasiswa.

“Kajian internal PPI Jepang yang didukung oleh studi kepustakaan penelitian-penelitian terkait dengan isu pemerataan pembangunan di Jepang dan Indonesia, menemukan setidaknya tiga aspek ini menjadi bottle neck bagi usaha percepatan pembangunan di daerah 3T. 

Dari temuan tersebut, lantas kami melakukan focus group discussion (FGD) sebanyak tiga kali sesuai dengan temuan tersebut dengan mengundang narasumber dari calon mahasiswa doktoral, akademisi alumni universitas Jepang, Pemerintah RI melalui Kemendesa, dan Indonesianis asal Kyoto 

University dan sejauh ini kami sudah mengantongi temuan lanjutan yang akan dibahas melalui ASSIGN,” tutur Syaban Mohammad, Ketua PPI Jepang 2018/2019 pelajar program magister bidang manajemen bencana.

Pemerintah Joko Widodo melalui Perpres nomor 131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal tahun 2015-2019 menetapkan 122 kabupaten sebagai daerah tertinggal dan menargetkan pada tahun 2019 dapat meningkatkan status 80 kabupaten menjadi daerah maju. Tujuan ini sejalan dengan fokus program kerja PPI Jepang, yakni memberikan kontribusi intelektual untuk pembangunan Indonesia. 

Dari penyelenggaraan acara ini akan memberikan rekomendasi yang komprehensif berdasarkan pengalaman akademik belajar di Jepang, sebuah negara yang sudah sukses melakukan pemerataan kesejahteraan dalam waktu relatif singkat setelah porak poranda akibat Perang Dunia II. 

“Otonomi daerah berperan penting untuk memicu berinovasi sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah di Jepang, selain itu produksi pengetahuan harus diturunkan kepada daerah melalui perguruan tinggi dan lembaga penelitian” terang Prof. Akihisa Matsuno, Dekan Osaka School of International Public Policy ketika menjelaskan tentang keberhasilan Jepang dalam melakukan pemerataan kejahteraan dalam Bahasa Indonesia yang sangat lancar.

Menghadirkan dua Indonesianist asal Jepang, simposium ini bertujuan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Indonesia dalam percepatan pembangunan di daerah 3T di Indonesia.

Pada aspek penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, studi PPI Jepang menemukan transfer teknologi terkait dengan industri agraris penting dilakukan untuk mendukung kebijakan isu ketahanan pangan di daerah. Terakhir, temuan pada aspek ekonomi dan kebijakan publik menekankan pentingnya menggunakan pendekatan localogy dalam mempertimbangkan perspektif eksternal untuk membangkitkan potensi ekonomi daerah.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang sebagian merupakan mahasiswa Jepang beserta pelajar Indonesia yang menempuh studi di Jepang. "Pembahasan soal kawasan tertinggal seringkali terlewatkan, namun lewat acara ini banyak ilmu baru yang saya serap dari para ahli", tutur Thifali Adzani, mahasiswa master alumni ITB yang sedang menempuh pendidikan di Kyoto University dengan antusias.

Muhammad Lutfi, Duta Besar Indonesia untuk Jepang 2010-2013 memberikan kuliah kepada peserta simposium tentang potensi Indonesia yang akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-empat di dunia pada tahun 2045.

Rangkaian acara hari pertama (29/06) diawali oleh pemaparan dari Prof. Akihisa Matsuno, dilanjutkan, Yuri Sato selaku Executive Vice President IDE-JETRO dalam Bahasa Indonesia. Ditutup oleh presentasi dari Muhammad Lutfi selaku Duta Besar Indonesia untuk Jepang 2010-2013 dimana mantan Menteri Perdagangan di era Presiden SBY menekankan pentingnya membangun optimisme menyongsong Indonesia yang akan menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar ke-empat tahun 2045.

Momen acara ASSIGN juga digunakan oleh PPI Jepang untuk menerima dua guru peserta program Bantu Guru Melihat Dunia, sebuah program yang didedikasikan PPI Dunia untuk memberikan pengalaman internasional guru dalam mempelajari manajemen pendidikan di Jepang selama seminggu, bertempat di kota Himeji. 

Serta pemberian penghargaan PPI Jepang Omedetou Award untuk pelajar dan diaspora Indonesia yang berprestasi. Hari ke-2 (30/06) dilanjutkan dengan diskusi panel yang dihadiri oleh Anwar Sanusi selaku Sekretaris Jenderal Kemendesa, dan Davin Setiamarga dosen dari National Institute of Technology, Wakayama College, Jepang. 

Pemaparan materi dari kedua narasumber sekaligus menutup rangkaian ASSIGN yang hasil akhirnya diharapkan dapat memberi dampak nyata kepada instansi terkait dalam pembenahan dan pengembangan kawasan tertinggal.(R/Rajendra)