(opini) Tiki Taka Timnas Indonesia Hancur Oleh Kungfu Vietnam

By Abdi Satria


Oleh: Mirdan Midding To Supu 

(Pengamat sepak bola Makassar)

nusakini.com-Makassar- Laga final sepak bola Sea Games Manila Philippines 2019, mempertemukan raksasa baru sepak bola Asean Vietnam dengan pasukan Garuda Indonesia.  

Laga sarat emosional, mengingatkan kita pada peristiwa monumental, ketika timnas merah putih yang dimotori oleh anak bugis Makassar, Ramang dan kawan-kawan, berhadapan tim beruang merah Uni Soviet pada perhelatan olympic games Melbourne Australia 1956. Timnas indonesia berhasil meredam kebringasan, militansi, kesebelasan beruang merah, tetapi para pemain garuda akhirnya tumbang satu satu, akibat serangan kasar para pemain Soviet. 

Pertarungan grand final sepak bola Sea Games Philippines, menyajikan kualitas tim dan skill ball individu tingkat tingkat dewa. 

Gaya tiki taka Barcelona begitu indah diperagakan Osvaldo Haay dan kawan-kawan, umpan bola dari kaki ke kaki ibarat bermain sirkus, semakin atraktif timnas Indonesia memancing tensi pertandingan semakin panas.

Skill ball sang lokomotif garuda Evan Dimas Darmono, membuat pemain eks koloni Amerika Vietnam itu menjadi bringas. Laga ini, tidak lagi menjunjung fair play, di lapangan hijau para pemain Vietnam menyerang sporadis, sang jangkar Evan Dimas menjadi korban dari serangan Kung fu Vietnam.  

Serangan defender Vietnam tanpa bola ke engkel Evan Dimas, begitu cepat tanpa ketahuan referee, adalah prinsip kungfu tradional bela diri Vietnam, dan tentara Amerika pernah merasakan saat perang berkecamuk di Vietnam. 

Aroma juara pasukan vietnam semakin kua.  Pasca Evan Dimas cedera, serangan Indonesia menjadi lemah. Namun kejadian serangan kungfu Vietnam terulang lagi, menimpa gelandang Indonesia, terkapar akibat serangan siku mengenai leher, tapi sekali lagi sang pengadil tak mampu memberi rasa adil. Akhirnya mental pemain timnas Indonesia menjadi hancur, konsentrasi tim jadi buyar. 

Taktik, strategi, teknik individual tidak lagi bisa diandalkan. Ketika pertandingan diwarnai dengan trik kasar, dan dibiarkan oleh pengadil lapangan. Kondisi psikologis timnas merah putih jauh di bawah perform yang sebenarnya ketika menggasak kesebelasan Myanmar pada babak semi final. 

Tidak bermaksud mencari kambing hitam atas kegagalan tim sepak bola Sea Games Indonesia. Tetapi perlu difahami dari persfektif sport medicine bahwa terjadi perubahan drastis penampilan; speed menurun, egality rendah, fokus buyar karena patigue (kelelahan) tingkat tinggi pasca bermain pada babak semi final. 

Performance Egy Maulana Vikri dan kawan kawan jauh di bawah standar, dan salah satu penyebabnya karena lactid acid atau keasaman darah sangat tinggi, yang berefek pada kebugaran pemain timnas Garuda. 

Pada kondisi ini, kehadiran psikolog sangat dibutuhkan. Bahkan secara eksrim; taktik dan strategi sangat tergantung pada kondisi psikis pemain, menurut psikolog Unm, Prof Muh Jufri "mental pemain sangat mempengaruhi tehnik individu". 

Nah akhirnya, timnas sepak bola Vietnam mentasbihkan diri sebagai raksasa baru, menggeser hegemoni sepak bola negeri Pagoda Thailand. 

Dalam sepak bola, tidak ada sesuatu yang mustahil, maka belajarlah menerima apa yang tidak pernah engkau bayangkan. 

Salam olahraga!