Nama Mike Tyson Masih Lebih Laku

By Abdi Satria


M. Nigara

(Wartawan Tinju Senior, Komentator tvOne)

DILLIAN WHYTE, juara dunia interim WBC, boleh saja ngambek dengan Presiden badan tinju tertua di dunia itu. Tapi, Sang Presiden WBC, Maurucio Sulaiman danĀ  bahkan banyak pihak masih yakin nama Mike Tyson masih tetap tinggi untuk dijual.

Tyson, masih kata sang presiden asal Meksiko itu, telah disiapkan karpet merah. "Kami siapkan lisensi bertinjunya, kami juga akan siapkan peringkatnya, " tukas putra mantan Presiden WBC, Jose Sulaiman itu.

Meski demikian Mauricio tetap mempersyaratkan Tyson untuk melewati serangkaian test. Maklum mantan juara dunia kelas berat termuda itu telah berusia 53. Selain itu, Tyson juga sudah 15 tahun mundur dari ring. Laga terakhirnya (11/6/2005) kalah RTD dari petinju lapis ketiga, Kevin McBride di ronde ke-6, di MCI Center, Washington DC.

Tetap Tinggi

Dalam laga bukan perebutan gelar itu, Tyson masih menerima bayaran 5,5 juta USD. Sementara McBride hanya 150 ribu dolar saja.

Melihat fakta itu, Whyte, harus legowo. Meski usianya masih 32 tahun, tapi petinju asal Brixton, Inggris ini suka atau tidak, tetap masih belum saleable. Bayarannya pun masih di bawah 300 ribu USD.

Jadi, jika disejajarkan, apalagi dipertemukan dengan Tyson, kemungkinan besar Whyte tak akan menang. Secara teknis, Tyson jauh berada di atasnya. Speed and power sang mantan juara dunia sejati itu, menurut hemat saya masih jauh di atasnya.

Belum lagi keberaniannya. Tyson terbilang yang tak kenal rasa takut. Kehidupannya saat masa kanak-kanak di Bronx telah membentuknya demikian.

Tambahan lagi, Whyte mentalnya akan tambah ambrul begitu melihat selisih bayarannya. Selisihnya pasti akan jauh sekali.

Dari ajang Bare Knuckle Figthing Championship (BKFC) sejenis MMA, Tyson sudah dapat tawaran sekitar Rp 310 miliar. Artinya nama Mike Tyson diyakini mampu menghasilkan uang jauh lebih besar dari Rp 300 miliar.

Jadi, kemarahan Whyte sesungguhnya tak memiliki dasar. Kita tahu dunia tinju pro bukan olahraga murni. Unsur bisnisnya jauh berada di atas keolahragaan. Dengan begitu maka hukum dagang benar-benar diterapkan. Siapa yang laku dijual, itulah yang dinomersatukan.

Dari sisi lain, comeback nya Tyson, diam-diam telah menimbulkan kegelisahan tersendiri. Konon Tyson Fury, juga petinju asal Inggris yang Februari 2020 lalu baru merebut kembali gelar juara dunia kelas berat versi WBA nya dari tangan Deonty Wilder, pun takut. Kepada pihak yang dapat dipercaya, Fury yang memilili tinggi 206 cm itu, tidak ingin dipertemukan dengan Mike Tyson.

Akankah semua rancangan Tyson bisa berjalan? Semua bergantung dengan kapankah pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Rencananya Juli, tapi lawan yang akan dihadapi masih belum pasti.

Idealnya atau harapan para penggemarnya Tyson bisa kembali bertemu dengan Evander Holyfield. Trilogi ini sebenarnya pernah dirancang sebelum keduanya pensiun, tapi kandas. Sonny Bill Williams dan Paul Gallen, disebut-sebut menjadi calon kuat. Sayang keduanya bukan petinju pro, tetapi atlet Rugby.

Rasanya untuk keamanannya, dua lawan itu bisa menjadi langkah awal comeback. Setelah laga itu, Tyson baru dipertemukan dengan petinju lapis tiga. Atau dipertemukan langsung dengan Dillian Whyte untuk perebutan WBC Interim.

Nah, setelah enam bulan, barulah Tyson dipertemukan dengan Whyte untuk akhirnya bertemu dengan Tyson Fury (WBA) dan atau Anthony Joshua, juara dunia WBC, IBF, WBO, dan IBO.

Dalam sesi latihannya yang dipublisir, Tyson memperlihatkan kekuatannya sedemikian rupa. Ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang petinju yang telah berusia 53 tahun. Tetap cepat, lincah, kuat, dan akurat. Mungkinkah semua itu terjadi?

Kita tunggu saja laga sensasional itu..