Nabi Muhammad Saw Seorang Guru yang Ideal

By Abdi Satria


nusakini.com-Yogyakarta-Nabi Muhammad Saw tidak saja sebagai figur spiritual, juga seorang pedagogik yang baik. Karenanya, Rasulullah Saw diutus tidak hanya sebagai Nabi tetapi juga sebagai guru yang ideal. Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ruslan Fariadi, salah satu buktinya ialah variasi strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan Rasulullah Saw kepada para sahabat.

“Hal ini tidak hanya diakui oleh umat Islam tetapi juga oleh komunitas non-muslim. Salah satu contohnya Robert Gullick yang mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan,” terang Ruslan dalam sidang disertasi terbuka di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Jumat (03/12).

Dosen Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah ini mengatakan bahwa variasi strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan Nabi Saw selalu disesuaikan dengan konteks yang dihadapi. Dalam menyampaikan risalah Islam, Nabi Saw tidak lupa untuk mempertimbangkan aspek situasi, kondisi, berat dan ringannya materi, bahkan juga aspek psikologis. Pertimbangan itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

“Nabi Saw pernah ditanya oleh beberapa sahabat soal perbuatan apakah yang paling ideal. Jawaban Rasulullah bervariasi, seperti salat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain sebagainya. Keragaman jawaban Nabi tersebut selalu disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan penanya,” terang Pria kelahiran Mataram, 22 Agustus 1973 ini.

Berdasarkan hasil penelitiannya menelusuri dari ragam sumber bacaan, Ruslan menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran Nabi Muhammad, di antaranya: metode bertanya, menggunakan alat peraga, reward and punishment, perumpamaan, metode gradual, story telling, analogi, keteladanan, ceramah, memberi beberapa jawaban alternatif, dan metode berdebat. Dari keragaman strategi ini, proses pembelajaran Nabi Saw lebih banyak mengedepankan partisipasi peserta didik.

RELATED POST

Perayaan Milad Meriah, Hajriyanto Ungkap Dua Penyebab Muhammadiyah Hidup Lebih Dari Satu Abad

Penting untuk Memasifkan Sejarah Pemikiran Muhammadiyah

Tidak hanya itu, Ruslan juga berhasil menemukan dampak psikologis bila menerapkan strategi pembelajaran Nabi Saw seperti membangkitkan emosi dan kesan mendalam, memberikan kepuasan, melatih kesabaran dan keuletan dalam menghadapi setiap proses, menyesuaikan dengan kecenderungan individu sehingga membangkitkan perhatian, dan lain-lain.

Ruslan berharap dari penelitian tentang strategi dan metode pembelajaran Nabi Muhammad Saw ini memberikan solusi praktis dari kejumudan dunia pendidikan Islam. Pasalnya, metode ceramah masih mendominasi baik di dunia pesantren maupun perguruan tinggi. Hal tersebut buah dari kecenderungan memahami hadis yang bersifat retriction of traditionalist, tidak secara modernist scriptualism. Akibatnya hadis hanya digunakan sebagai motto pendidikan dan menjadi doktrin kering yang tidak berdampak apa-apa.

Pada akhirnya, Ruslan Fariadi berhasil mempertahankan hasil penelitiannya sekaligus secara resmi menyandang gelar doktor di bidang psikologi pendidikan Islam. Pada sidang disertasi ini, Ruslan dipromotori oleh Prof. Dr. Usman Abubakar, M.A., dan Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. sedangkan para pengujinya ialah Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., Dr. Tasman Hamami, M.A., Dr. Abd. Madjid, M.Ag., dan Dr. Fuad Nashori, M.Si., M.Ag. Psikolog.(rls)