Merangkai Harapan Dengan Mangrove

By Admin


Rivani Noor

Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 

nusakini.com - Hujan lebat yang turun tiba-tiba saat hari menjelang sore setelah cuaca kering panas, pada Rabu 11 November 2020, tidak menyurutkan semangat diskusi antara Rombongan Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (TAM LHK) bersama Kelompok Tani Sadar Wisata (Pokdarwis) Bagek Kembar. Podarwis ini adalah penerima bantuan Program Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM) Tahun 2020, sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Turut dalam Rombongan TAM LHK Anang Sudarna, Ariyanto, Muhammad Nisfiannoor, Rivani Noor dan Taruna Jaya.  


Melalui Program PKPM ini diharapkan membantu bergeraknya ekonomi lokal masyarakat yang sedang mengalami kesulitan pada masa pandemi Covid-19. Selain itu, pelestarian serta pemulihan lingkungan hidup kawasan pesisir juga dilakukan oleh masyarakat, sebagai kesatuan wilayah ekosistem mereka. 


Pokdarwis Bagek Kembar berada di Desa Cinde Manik, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Bapak Agus Alwi, Ketua Pokdarwis Balek Kembar organisasi ini berdiri tahun 2017, dan telah melakukan kegiatan penanaman mangrove, “Kami sadar manfaat mangrove bagi kami yang hidup di pesisir, sudah sejak lama pengetahuan pentingnya mangrove diwariskan oleh orang-orang tua kami”, papar beliau. “Mangrove itu memberikan 3 manfaat bagi kami, yaitu Ekologi, Edukasi dan Ekonomi”. 


Manfaat ekologi karena Mangrove melindungi pantai dan pesisir agar tidak terkisis air laut serta menjadi rumah bagi berbagi biota, “Kami mudah mendapatkan kepiting, ikan-ikan juga”, urai Pak Agus. Pokdarwis ini mengelola lahan seluas 33 hektar, dan sudah ditanami mangrove seluas 12 hektar, sedangkan sisanya akan diselesaikan sampai awal Desember 2020. Di wilayah kelola Pokdarwis ini setiap bulan Juli dan Agustus menjadi tempat singgah burung migran, “Jumlahnya banyak, ribuan. Saya tidak paham jenisnya apa, tapi peristiwa ini tentu sangat menarik sekali”, imbuh Pak Agus. 


Peristiwa singgahnya burung migran ini menjadi manfaat mangrove dari sisi edukasi, karena ada beberapa peneliti telah melakukan pengamatan, selain juga tak jarang mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) datang ke Desa Cindek Manik untuk melakukan kegiatan studi atau penelitian tentang mangrove, “Kami layani mereka dengan baik, karena banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan obyek penelitian disini”, kata Pak Agus. 


Kemudian manfaat ekonomi, pengelolaan mangrove memberikan pendapatan bagi masyarakat. Wisata kuliner berbahan utama kepiting dan ikan cukup banyak diminati, bahkan jika akhir pekan atau dimasa liburan, pesanan dan pengunjung meningkat. “Masa wabah Corona, memang menurun pesanan dan pengunjung, oleh karenanya Program Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM) sangat membantu kami. Membantu secara ekonomi, dan dalam jangka panjang mangrove yang ditanam pasti membuat kepiting dan ikan semakin mudah kami dapatkan untuk menunjang wisata kuliner yang kami usahakan”, terang Pak Agus lagi, “Program ini telah memunculkan harapan, bahkan banyak harapan bagi kami. Semoga program-program ini terus berlanjut karena masyarakat seperti kami sangat membutuhkan”.


Taruna Jaya berpesan agar Program PKPM menjadi motivasi bagi Pokdarwis Bagek Kembar memperkuat organisasi mereka, “Organisasi yang dikelola dengan baik, dengan perencanaan program yang jelas dan mampu dikerjakan secara bertanggung jawab akan mampu menarik banyak pihak, termasuk Pemerintah untuk mendukung”. Sementara Rivani Noor menyatakan bahwa Program PKPM ini wujud Hadirnya Negara ke tengah-tengah masyarakat, “Program ini menjaga agar ekonomi masyarakat ditingkat terbawah bisa terus bergerak, dengan tetap menjaga kemandirian sistem ekonomi lokalnya, sehingga hasil-hasil dari program bisa terus diusahakan serta hasilnya dinikmati oleh masyarakat”. 


Tak terasa waktu terus bergulir, apalagi dijeda diskusi disajikan hasil-hasil budidaya mangrove, yaitu kepiting dan ikan bakar. Ditambah dengan menu khas Lombok Plecing Kangkung, membuat kami lupa waktu. Menjelang gelap Rombongan berpamitan, dengan membawa banyak pembelajaran berharga dari masyarakat tentang pengelolaan mangrove serta manfaatnya. Semoga harapan-harapan bisa terwujudkan.