Menteri Basuki Resmikan Balai Warga dan Rumah Baca Apung Pertama di Indonesia

By Admin

nusakini.com--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono meresmikan Prototipe Rumah Apung yang dipergunakan sebagai Balai Pertemuan Warga dan Rumah Baca pertama di Indonesia, di Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/11). Peresmian ditandai dengan pemotongan pita dan penandatangan prasasti oleh Menteri Basuki, didampingi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Danis H Sumadilaga. 

"Saya harapkan ini bisa dimanfaatkan warga, dikelola warga dengan tetap kami dampingi, jangan dicoret-coret dan dijaga kebersihannya,"katanya.  

Menteri Basuki menambahkan, disamping rumah apung, Kementerian PUPR pada tahun ini telah menyelesaikan desain penataan kawasan Tambaklorok. "Tahun ini sedang dilelang dan mudah-mudahan 2017 akan dikerjakan fisiknya, drainasenya kita perbaiki semua, semoga kawasan Tambaklorok ini menjadi kawasan yang sehat dan menjadi kawasan nelayan yang bisa dicontoh daerah lain," tuturnya. 

Menteri Basuki juga mengapresiasi para peneliti Balitbang yang sudah membangun rumah apung ini dengan baik. 

Sementara itu Kepala Balitbang dalam laporannya mengatakan selain rumah apung, sistem modular apung lainnya yang dikembangkan Balitbang yaitu jembatan pejalan kaki apung di Cilacap, dan pemecah gelombang apung di Bali.

"Teknologi rumah apung ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk kawasan lain seperti Tambaklorok yang rentan terhadap banjir, kenaikan air laut, dan penurunan tanah," kata Danis.  

Disamping itu rumah apung yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) PUPR ini memiliki konsep bangunan ramah lingkungan, mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi dan tidak mencemari lingkungan. 

Kebutuhan listrik dipenuhi secara mandiri karena menggunakan panel tenaga surya dengan kekuatan 1.000 watt.  

Kemudian untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dalam bangunan ini juga dipasang destilator yang dapat mengubah air laut menjadi air bersih dan untuk pembuangan menggunakan Biofil yang merupakan teknologi Balitbang. 

Danis mengatakan, biaya yang dikeluarkan untuk membangun Prototipe Rumah Apung membutuhkan dana kurang lebih sekitar Rp 600 juta. Bangunan dua lantai ini dikerjakan dalam waktu kurang dari satu tahun.  

Pada lantai satu, digunakan untuk balai warga dengan luas 128 meter persegi dan dilengkapi dengan fasilitas dua kamar mandi yang masing-masing luasnya 6 meter persegi. Untuk lantai dua digunakan untuk rumah baca dengan luas 72 meter persegi dan sudah dilengkapi 300 buku untuk anak-anak dan remaja. 

Rumah apung tersebut berdiri diatas poton berukuran 10 x 14 meter dan dapat bertahan hingga 50 tahun. 

Dindingnya menggunakan bahan bata yang ringan sehingga tidak mengurangi kestabilan. Atap menggunakan bahan bambu pilihan yang sudah diawetkan dan kusen jendela serta pintu menggunakan bahan aluminium karena lebih ringan. (p/ab)