Menperin Tarik Investor Korsel Masuk Kawasan Industri Luar Jawa

By Admin

nusakini.com--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berupaya menarik investor Korea Selatan untuk melakukan perluasan usahanya ke kawasan industri luar Jawa, seperti di Sei Mangkei, Sumatera Utara dan Morowali, Sulawesi Tengah. Apalagi, kawasan industri tersebut masuk dalam daftar proyek strategis nasional sehingga diprioritaskan pengembangannya. 

“Kami fokus mendorong percepatan pembangunan kawasan industri luar Jawa, sebagai salah satu upaya pemerataan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara pada The 8th Asian Leadership Conference dengan tema Invest in Indonesia: Nation of Abundant Natural and Human Resources di Seoul, Korea Selatan, Selasa (4/7). 

Menurut Menperin, pembangunan kawasan industri khususnya di luar Jawa berperan signifikan untuk mengakselerasi cita-cita pemerintah mewujudkan Indonesia sentris. Apalagi, Indonesia berhasil meraih rating investment grade atau layak investasi yang diberikan oleh S&P. 

“Pemerintah telah menyiapkan beberapa wilayah menjadi pusat industri baru. Misalnya, kawasan industri Kuala Tanjung dan Sei Mangkei yang bisa menarik investasi untuk wilayah Sumatera. Kemudian, kawasan industri Morowali di Sulawesi Tengah dan Bitung di Sulawesi Utara diharapkan untuk pengembangan industri bagi wilayah Timur,” paparnya.

Untuk diketahui, kawasan industri Sei Mangkei berdiri di atas lahan seluas 2.002 hektare (Ha) dengan investasi Rp 9,5 triliun, yang difokuskan pada pengembangan di bidang industri pengolahan CPO. Kemudian, kawasan industri Morowali, berdiri di atas lahan seluas 1.200 Ha dengan investasi sekitar Rp 49,7 triliun, yang difokuskan pada pengembangan bidang industri ferronikel. 

Airlangga menilai, prospek pengembangan kawasan industri di Indonesia masih menjanjikan seiring permintaan lahan kawasan industri yang semakin meningkat. Untuk itu, kawasan industri harus saling terkoneksi dan terintegrasi. “Maka pengelola kawasan industri harus bersinergi dengan pemerintah daerah setempat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul," jelasnya. 

Airlangga meyakinkan, apabila upaya-upaya tersebut terlaksana dengan baik, dapat meningkatkan daya saing kawasan industri sekaligus membawa dampak berganda terhadap perekonomian daerah dan nasional. “Dalam tiga tahun ke depan, kami juga mendorong percepatan pembangunan kawasan industri di Tanjung Buton, Tanah Kuning, Gresik, Kendal, dan Serang,” tuturnya. 

Sebanyak 73 perusahaan kawasan industri terdaftar menjadi anggota Himpunan Kawasan Industri (HKI) dengan total area seluas 54.650,52 Ha. "Kawasan industri telah berhasil merealisasikan beroperasinya industri manufaktur di dalamnya sebanyak 9.200 perusahaan yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,68 juta orang,” papar Airlangga. 

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Korea Selatan adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia. Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korea Selatan berkontribusi hingga 71 persen dari total investasi selama lima tahun terakhir sebesar USD7,5 miliar. Bahkan, pabrik-pabrik tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 900 ribu orang. 

Pada kesempatan tersebut, Menperin juga mendorong perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi di sektor e-commerce. Upaya ini dalam rangka memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia. “Kami telah meluncurkan program e-smart IKM. Langkah ini sekaligus menghadapi era Industri 4.0,” ujarnya.

Airlangga memaparkan, pihaknya telah menyiapkan empat langkah strategis agar Indonesia siap mengimplementasikan teknologi dan inovasi yang mendukung revolusi industri keempat. “Pertama, pengembangan human resources lewat vocational school. Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) melalui e-Smart IKM,” sebutnya. 

Kemudian, ketiga, penggunaan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Keempat, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis. “Kami menyadari kekuatan ekonomi Korea Selatan ada pada inovasi. Kami sjuga ebentar lagi punya apple innovation center dan beberapa perusahaan juga tertarik untuk membangun pusat inovasinya,” ungkap Airlangga. 

Lebih lanjut Airlangga mengatakan, Lotte ingin mengubah tujuan utama pasar ekspornya. Tidak lagi ke Tiongkok karena persaingan dengan produk domestiknya cukup tinggi, tetapi ke Indonesia yang dipandang potensial. “Kami juga telah mengusulkan agar perusahaan kosmetika Korea Selatan bisa ekspansi ke Indonesia, misal untuk proses packaging,” ujarnya. 

Bahkan, Lotte berminat untuk berbisnis di sektor keuangan. “Hal ini bisa dilakukan melalui approval dari financial authority. Paling mudah lewat multi finance. Kami pun menawarkan mereka untuk ambil peluang di startup bila ingin membangun financial company, seperti yang dilakukan perusahaan Jepang, misalnya Softbank,” paparnya. 

Dalam upaya mendukung industrialisasi di Indonesia, menurut Airlangga, Kementerian Perindustrian tengah giat membangun pendidikan vokasi yang memiliki konsep link and match antara pelaku industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Indonesia saat ini sampai 10 tahun ke depan masih akan menikmati bonus demografi, di mana mayoritas penduduknya berada pada usia produktif,” ungkapnya. 

Oleh karena itu, Kemenperin telah menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan 389 SMK dalam upaya menjalankan program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Program ini merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28 Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur.

“Program pendidikan vokasi industri akan diluncurkan lagi secara bertahap, di provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, serta di Sumatera dan wilayah Indonesia lainnya,” sebut Airlangga. 

Pada periode 2017-2019, Kemenperin merancang sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tenaga kerja industri tersertifikasi sebanyak 1.040.552 orang. Selain melalui pembinaan dan pengembangan SMK yang link and match dengan industri, juga dilaksanakan Diklat 3in1 (pelatihan-sertifikasi-penempatan kerja), pemagangan industri, serta sertifikasi kompetensi. Implementasi program-program tersebut dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti Kadin, Kemenristekdikti, dan Kemenaker. (p/ab)