Menperin: Pembangkit Listrik Tenaga Thorium Jadi Terobosan Energi

By Admin

nusakini.com-- Pengembangan dan penguatan industri harus didukung pengadaan bahan baku dan energi memadai untuk menggerakkan aktivitas pengolahan sehingga menciptakan nilai tambah dan mewujudkan Indonesia sebagai negara industri berdaya saing. 

Sebuah terobosan atau inovasi energi mutlak diperlukan untuk dapat menjamin perencanaan penyediaan energi yang aman, bersih, ramah lingkungan, berkelanjutan, berskala besar, murah dan dapat dibangun dalam waktu yang singkat. 

Salah satunya ialah melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga thorium yang lebih unggul daripada PLTU batubara karena biaya produksi lebih murah, dibangun lebih cepat, lebih aman, lebih ramah lingkungan, jauh lebih efisien, dan mempunyai kapasitas jauh lebih besar. 

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu saat meresmikan Seminar Nasional “Thorium sebagai Sumber Daya Revolusi Industri” di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (24/5).  

“Energi sangat diperlukan karena menentukan produksi dan kekuatan daya saing industri. Kita harus mencari inovasi dan menerapkannya agar menjadi solusi. Kuncinya kita harus terbuka pada paradigma baru, berpikiran terbuka, ‘open our mind’, termasuk pada pembangkit listrik tenaga thorium ini,” katanya. 

Kementerian Perindustrian mencatat, sektor industri merupakan penyerap energi terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 39 persen dari total penggunaan energi nasional. Pemenuhan energi untuk industri tersebut mustahil dapat dipenuhi oleh sumber energi fosil yang diperkirakan akan habis pada 60 tahun mendatang. 

Apalagi, untuk negara berkembang menjadi negara industri, kontribusi sektor industri terhadap PDB seyogyanya berkisar 30 persen-40 persen. Untuk mencapai kisaran tersebut maka diperlukan kapasitas listrik terpasang di atas 500Watt/orang. 

Saat ini kapasitas terpasang Indonesia berada pada 210 watt/orang yang tidak memungkinkan terjadinya pertumbuhan industri yang tinggi, jauh di bawah Malaysia 982 Watt, Thailand 802 watt dan Singapura 2028 Watt. Dengan perkiraan populasi 300 juta penduduk di tahun 2025, Indonesia harus mampu mengejar target tersebut dengan pertumbuhan kapasitas listrik terpasang nasional sebesar 10 GigaWatt/tahun. 

“Dalam rangka pembangunan industri prioritas 2015 - 2035, kita butuh energi listrik yang tidak cukup dipenuhi hanya dengan batubara dan gas, yang cadangannya sangat terbatas. Kelangkaan energi dapat diantisipasi dengan menyatukan tekad untuk memulai perencanaan pembangunan PLT Thorium,” ujarnya. 

Pembangkit listrik thorium juga lebih efisien dibanding batu bara dan uranium sekalipun. Kalkulasinya, untuk menghasilkan 1.000 Mega Watt atau 1 Giga Watt per tahun diperlukan batu bara sebesar 3,5 - 4 juta ton, sedangkan uranium sebesar 200- 250 ton. Sementara thorium mempu menghasilkan kapasitas produksi listrik hanya dengan volume sebesar 7 ton.

Thorium sendiri merupakan limbah radioaktif yang hanya ditimbun dan belum dimanfaatkan sebagai hasil pemurnian dari timah, monazite, titanium dan zirkon. Bila thorium dimanfaatkan, maka hal ini sekaligus menjadi implementasi paradigma waste to energy. 

Diperkirakan, sumber daya thorium di Indonesia sebesar 140.000 ton sehingga Indonesia bukan hanya merupakan negara yang siap menjadi negara dengan ketahanan energi yang kuat selama lebih dari 1.000 tahun namun juga mampu memasok energi listrik secara internasional. 

“Ada lima daerah potensial yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri berbasis thorium yaitu, Bangka Belitung, Batam, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat,” ujar Menperin. (p/ab)