nusakini.com - Berastagi -  Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan mengatakan para pendeta dan gereja diharapkan dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat dan memasukkannya ke dalam khotbah. “Sekolah pendeta perlu juga memberi pemahaman-pemahaman di bidang lain selain agama seperti bidang pariwisata, pertanian dan industri garam dan lain-lain serta ikut turun ke lapangan, sehingga ini bisa menjadi bahan tambahan untuk khotbah-khotbahnya,” kata Menko Luhut saat menjadi pembicara pada Konferensi Pekabaran Injil dan Kemajemukan di Indonesia yang diselenggarakan oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-lembaga Injil Indonesia (PGLII),

dan Jaringan Doa Nasional (JDN) di Berastagi, Sumatera Utara Hari Kamis (31-05-2018).

Menko Luhut mengatakan banyak capaian pemerintah selama ini, tetapi belum terlalu diketahui masyarakat, seperti misalnya inflasi Indonesia yang sejak tahun 2015 ada di 8 persen sekarang berada di bawah 4% dalam waktu dua tahun. Pemerintah mampu menjaga kestabilan harga-harga terutama karena inflasi ini banyak dipicu oleh harga-harga makanan seperti beras, ikan, gula, dan bahan pokok lainnya.

“Selama 21 tahun belum pernah Indonesia mendapatkan investment grade dari tiga rating agency yaitu Fitch, SnP, dan Moody’s. Kita harus aktif menjelaskan apa yang kita punya, Indonesia bukan negara kecil yang bisa diatur kiri kanan. Indonesia merupakan negara yang terlalu besar untuk berpihak kepada negara superpower. Kami berusaha mengedepankan balance of power di kawasan terutama India, China, Jepang,” jelasnya.

Dalam paparannya Menko Luhut memberikan penjelasan tentang apa saja yang sedang dikerjakan Kementerian Bidang Kemaritiman, mulai dari garam, pembersihan Sungai Citarum, sampah plastik dan sampah yang bisa diolah kembali menjadi energi listrik, dan lain-lain.

“Sampah plastik ini masalah global, sekarang kita kolaborasi dengan pihak swasta, diharapkan ke depannya lebih banyak lagi proyek-proyek seperti ini di Indonesia. Saya kira pendeta- pendeta kita perlu diberikan pemahaman seperti ini supaya mereka bisa berkhotbah mengenai kebersihan ini dengan ayat ayat Alkitab. Gereja harus bisa melihat perubahan perubahan zaman,” katanya.

Menjadi Tauladan

Menurut Menko Luhut, sebagai pemimpin umat, pendeta harus menjadi tauladan. “Menjadi pemimpin itu terkadang membuat kita lupa diri, hal ini yang patut dicontoh dari Presiden Joko Widodo adalah kesederhanaannya tetapi berani membuat keputusan seperti misalnya pengalihan subsidi BBM. Proses pengambilan keputusan itu tidak sederhana, tetapi beliau berani, selama ini tidak ada presiden yang berani memindahkan subsidi itu kepada tempat yang tepat,” katanya kepada sekitar 300 pendeta peserta konferensi.

Ia juga menjelaskan kepada para peserta bahwa konektivitas infrastruktur telah memberikan dampak signifikan dalam mengentaskan kemiskinan, dan pertumbuhan investasi infrastruktur yang signifikan. “Kami realokasi dana-dana subsidi yang tidak tepat guna kepada pembangunan infrastruktur pendidikan dan sebagainya,” jelasnya.

Menurutnya, pemimpin gereja harus berani melakukan refleksi dan bertanya pada diri ‘apakah kita sudah melakukan hal yang benar.’

“Bagaimana kita mampu mengkritisi dan memperbaiki yang tidak benar kalau kita sendiri melakukannya?” pungkasnya. (p/ma)