Menkeu Jelaskan Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2021 Kepada Komisi XI DPR

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam RAPBN 2021 dipatok sebesar 4,5% s.d. 5,5 %. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu, (02/09), Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa angka tersebut diambil dengan melihat beberapa indikator atau baseline di tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi 2020 yang mengalami beberapa kali koreksi ke bawah akibat Pandemi Covid-19 menjadi salah satunya. Terakhir, Pemerintah mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 pada kisaran -1,1% s.d. 0,2%. 

“Inilah yang menjadi baseline kita untuk membuat proyeksi tahun 2021 karena bahkan sekarang sudah masuk kuartal ketiga semua proyeksi masih subject to Covid sehingga inilah yang menyebabkan kita sangat sulit untuk membuat suatu baseline yang firm," kata Menkeu. 

Menkeu mengungkapkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,5% s.d. 5,5%, sangat bergantung pada beberapa hal, yaitu keberhasilan penanganan Covid-19, akselerasi reformasi, dukungan ekspansi fiskal, dan pertumbuhan ekonomi global.  

“Semua prediksi ini sangat tergantung pada keberhasilan penanganan covid, dukungan ekspansi fiskal tahun depan yang masih akan cukup bisa suportif, dan adanya reform yang bisa mengembalikan confidence maupun meningkatkan produktivitas dan iklim investasi. Dan tentu prasyarat lainnya adalah global economic recovery juga akan tetap terjaga tahun depan," jelasnya. 

Tidak berbeda jauh dengan proyeksi pemerintah, sejumlah lembaga internasional juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 mengalami pertumbuhan positif. Bahkan, IMF memproyeksikan pertumbuhan Indonesia sebesar 6,1%. 

“IMF memprediksikan Indonesia di 6,1. World Bank di 4,8 dan IDB di 5,3. Saya tahu bahwa ini semuanya tergantung dari skenario mengenai pemulihan dari dampak Covid," tambah Menkeu. 

Terkait inflasi, Menkeu melihat perkembangan laju inflasi 2020 lebih dipengaruhi oleh dorongan permintaan masyarakat yang rendah dan pada komponen volatile food serta administered price. Oleh karena itu, Menkeu optimis inflasi pada tahun depan masih pada kisaran 3%. 

“Untuk tahun depan kita masih pada kisaran 3% dan ini tentu akan bisa terjaga bersama-sama Bank Indonesia dengan tingkat target 3 plus minus (+-) 1," ungkap Menkeu. 

Sementara itu, tingkat suku bunga SBN 10 tahun diestimasikan sekitar 7,29% pada 2021. Menkeu menyebut, angka tersebut diambil karena implementasi kebijakan fiskal dan moneter membuat perkembangan pasar domestik cenderung stabil.  

“Kerja sama yang baik antara BI dan pemerintah akan terus kita jaga karena kita bersama-sama bertanggung jawab untuk menciptakan confidence dan memberi arah ke depan," kata Menkeu. 

Nilai tukar Rupiah hingga Agustus 2020 cenderung bergerak stabil dan di tahun 2021 diperkirakan berada pada kisaran Rp14.600/USD. Namun demikian, Menkeu mengatakan bahwa volatilitas di sektor keuangan global masih tetap perlu diwaspadai. 

“Ini tentu sangat tergantung dari pemulihan domestik kita yang bisa meningkatkan modal masuk ke dalam negeri, juga peluang pemulihan ekonomi di negara maju. Namun, down side risknya adalah kalau sampai terjadi pemulihan berarti kebijakan moneter di Amerika Serikat akan kembali kepada path normalnya," jelas Menkeu. 

Hal lain yang disampaikan Menkeu pada raker yang juga dihadiri langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Ketua DK OJK, dan Kepala BPS serta Kepala Bappenas secara virtual adalah sentimen investor terhadap Indonesia terus membaik dengan ditopang oleh langkah-langkah extraordinary.  

“Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah tahun 2020 ini di dalam rangka menghadapi Covid selama ini cukup baik dikomunikasikan kepada seluruh stakeholder. Secara politik kami berterima kasih kepada Komisi XI (juga di Badan Anggaran), sangat clear dan positif. Ini memberikan confidence yang sangat baik," ujar Menkeu.(p/ab)