Menkes Canangkan Gerakan Tes HIV

By Admin


nusakini.com - Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek menghadiri acara puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2016 di Surabaya. Acara hari merupakan kolaborasi Kemenkes, TNI dan Pemda Jawa Timur. Kegiatan ini diadakan setelah beberapa rangkaian acara yang dilaksanakan sebelumnya antara lain; Kampanye Peduli HIV AIDS pada siswa SMA di Kota Batam, Kepulauan Riau; Kampanye Keluarga peduli HIV AIDS pada keluarga nelayana di Sukabumi, Jawa Barat; dan Kampanye serta Tes HIV di 10 wilayah di Kota Malang dan Kota Surabaya Jawa Timur.

Tema Nasional Hari AIDS Sedunia tahun 2016 adalah Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV. Tema ini sangat relevan dengan upaya yang dilakukan Pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam Pembangunan Kesehatan, termasuk dalam Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS. 

Pada acara hari ini dilakukan Menkes mencanangkan gerakan ajakan Tes HIV untuk masyarakat umum. Ajakan untuk masyarakat tersebut dilakukan dalam bentuk Kegiatan Kampanye Peduli HIV AIDS dengan slogan TOP yaitu, segera _Temukan_ orang dengan HIV AIDS (ODHA), segera _Obati_ dengan antiretroviral (ARV), untuk _Pertahankan_ kualitas hidup ODHA. Pada kesempatan tersebut juga Menkes menyerahkan secara simbolis 200.000 Kit Tes HIV ke RS AL Ramlan Surabaya milik TNI AL. 

Menkes mengatakan pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, dikarenakan sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2015 telah dilaporkan 191.073 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian banyak pihak. 

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan penemuan kasus HIV yang tinggi, bersama dengan provinsi DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah, ujar Menkes. 

Faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual (66%); penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (11%); lelaki seks dengan lelaki (3%); serta penularan dari ibu ke anak (3%). 

Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (10.626); tenaga non professional/karyawan (9.603); wiraswasta (9.439); petani/peternak/nelayan (3.674); buruh kasar (3.191); penjaja seks (2.578); PNS (1.819); dan anak sekolah/ mahasiswa (1.764). Data data yang didapat tersebut di atas mendasari dalam strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yaitu dengan pendekatan yang berfokus dalam keluarga dan masyarakat. 

Menkes menjelaskan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS harus dilakukan bersama sama oleh pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilakukan dengan koordinasi, kemitraan serta partisipasi aktif dari komunitas populasi kunci, populasi sasaran serta masyarakat umum merupakan salah satu pilar dari Layanan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual Komprehensif Berkesinambungan atau dikenal sebagai LKB yang merupakan strategi utama dalam pengendalian HIV AIDS dan PIMS. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam: (1) berperilaku hidup sehat; (2) mengatasi masalah kesehatan secara mandiri; (3) berperan aktif dalam pembangunan kesehatan; serta (4) menjadi penggerak dalam pembangunan berwawasan kesehatan. 

Prinsip dasar dalam Strategi Nasional Pengendalian HIV AIDS adalah dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang mencakup: organisasi profesi; organisasi kemasyarakatan; dan organisasi keagamaan, pungkas Menkes. 

Menkes menambahkan Kampanye Peduli HIV AIDS yang dilakukan saat ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS, menggerakkan peran serta aktif masyarakat secara luas dalam upaya pencegahan penularan HIV, menumbuhkan kesadaran tentang perlunya tes HIV untuk semua orang, serta menghilangkan stigma untuk HIV. 

Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan Tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV; dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV, dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV, tutupnya.(p/mk)