Menimba Aneka Ilmu Perhutanan Sosial Pasca Izin secara E-learning: tonggak pembaharuan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam peningkatan keberdayaan masyarakat sekitar hutan di masa krisis pandemi covid-19

By Admin


Catatan lepas oleh Christine Wulandari 

(Observer – Ketua Program Studi Magister Kehutanan Universitas Lampung,

anggota Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial (TP2PS) KLHK)

nusakini.com - Suatu tonggak pembaharuan dalam rangka peningkatan kapasitas dan keberdayaan masyarakat sekitar hutan di Indonesia telah dilakukan oleh KLHK. Keberdayaan dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk bertahan (survive) dan mengembangkan diri mencapai kemajuan (Wulandari dan Inoue, 2018). Tonggak pembaharuan tersebut berupa pelatihan secara e-learning untuk masyarakat yang selama ini berperan aktif dalam program perhutanan sosial, baik hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa, hutan adat, kemitraan, dan hutan tanaman rakyat (HTR). Perhutanan sosial adalah suatu program nasional untuk pemerataan ekonomi, dan mengurangi ketimpangan melalui 3 pilar, yaitu: lahan, kesempatan usaha dan sumberdaya manusia. Secara resmi, pelatihan ini disebut sebagai Pelatihan Pendampingan Program Perhutanan Sosial Pasca Izin. Peserta pelatihannya adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, diutamakan adalah anggota dan pendamping dari kelompok atau gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) HKm, hutan desa, HTR, dan kemitraan serta pengelola hutan adat. Selama ini, sebelum ada pandemi covid-19, pelatihan untuk masyarakat dilakukan oleh KLHK secara langsung dan dilaksanakan di luar lokasi mereka sehingga memerlukan biaya yang besar dalam penyelenggaraannya dan jumlah pesertanya pun sangat terbatas. 

Seri pelatihan secara e-learning tahun 2020 oleh KLHK ditargetkan 3000 orang. Pada gelombang ke tiga sebanyak 541 orang 18 Angkatan melalui Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) KLHK, Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Pematang Siantar, Pekanbaru, Bogor, Kadipaten, Makasar, Kupang, dan Samarinda. Pada gelombang 2 yang diselenggarakan BDLHK Bogor dan Makasar antara tanggal 5 hingga 9 Mei 2020, ada sebanyak 22 peserta wanita dari 120 orang peserta. Dari para narasumber, peserta yang terdiri atas pendamping dan masyarakat anggota kelompok program-program perhutanan sosial mendapatkan beberapa materi yang akan bermanfaat dalam menjalankan program pasca izin. Materi-materi tersebut dikemas sebagai Materi Pelatihan (MP)1 hingga MP 8 yang berisikan 8 seri materi, yaitu seri penejelasan tentang alur pelatihan, seri pra kondisi petani hutan, seri pendampingan tahap awal, seri pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan dan lingkungan, seri kerjasama, akses modal dan pasar, seri pengelolaan pengetahuan dan seri moneitoring evaluasi (monev). Dari setiap paket materi, narasumber akan mempresentasikan subtansinya dan kemudian diikuti dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini, Christine Wulandari (anggota TP2PS) selaku observer menyaksikan bahwa para peserta tidak hanya menanyakan subtstansi yang telah diberikan narasumber tetapi juga menanyakan hal-hal yang terkait dengan program mereka laksanakan, dan juga hambatan-hambatan yang ditemukan di lapangan. Setiap hari diberikan 2 materi yang disela adanya break selama sekitar 15-30 menit. Setelah dua materi diberikan dan selesai maka untuk menutup kegiatan satu hari diberikan ujian bagi peserta sehingga diketahui capaian pemahaman peserta atas materi pelatihan pada hari tersebut.

Tonggak pembaharuan lainnya yang berbeda dan tentu saja sangat membantu bagi masyarakat maupun pendamping dalam jalankan program PS dilokasinya yaitu diberikannya masing-masing satu account dan password untuk bisa masuk ke web BDLHK sebagai peserta pelatihan. Adanya akses ke web Pelatihan BDLHK akan menjadikan peserta bisa menuliskan pertanyaan-pertanyaan atau pun curcol (curhat colongan) lainnya misal tentang masalah-masalah yang ada dikelompoknya yang tidak sempat diberikan ketika pelatihan online berlangsung karena waktunya sangat terbatas. Observer juga menyaksikan besarnya antusiasme peserta dari “goyangan-goyangan’ handphonenya karena mereka akan terus berusaha mencari sinyal agar dapat mengikuti pelatihan secara runtut dan lengkap. Hal ini nampak jelas akan kita lihat background para peserta itu berada ketika mengikuti pelatihan ini, misal posisi dimana pak Irwan Sampulawa dan pak Saiful Laode dari Selayar yang ada di bawah pohon ketika jadi peserta pelatihan. Selain itu peserta pelatihan juga diberikan tugas untuk menuliskan laporan setiap harinya melalui akses web tersebut. Mereka juga diminta menuliskan hambatan yang dialami ketika ikuti pelatihan ini. Dengan demikian peserta benar-benar serasa selalu dekat dengan narasumber selama 24 jam sehingga “bisa selalu diskusi dan minta arahan atau masukan serta bimbingan” sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing peserta. Artinya, peserta-peserta bisa memperoleh pengetahuan dan menimba ilmu yang tidak berkesudahan melalui program pelatihan secara online yang dilaksanakan meskipun sedang dalam situasi pandemi covid-19. Tidak salah jika kita katakan bahwa Pusdiklat dan semua BDLHK penyelenggara pelatihan secara e-learning sebagai kawah covid-19 karena merupakan sumber berbagai pengetahuan perhutanan sosial pasca izin yang diperlukan masyarakat dan diselenggarakan karena adanya pandemi covid-19. Seperti dalam cerita Gatotkaca dan kawah candradimukanya dimana kawah ini merupakan tempat Gatotkaca menempa kesaktian dan kedigdayaannya.

Hari pertama tanggal 5 Mei 2020 adalah pembukaan yang dilakukan langsung oleh ibu Menteri KLHK, Dr. Siti Nurbaya. Beliau menyatakan bahwa pak presiden langsung memberikan pesan bahwa KLHK diminta untuk meningkatkan kemampuan teknis masyarakat atau para peserta perhutanan sosial agar ada keterjaminan hutan untuk tetap lestari. Ibu Menteri mengharapkan bahwa rencana tindak lanjut (RTL) dari pelatihan ini akan ada implementasi berupa pendampingan masyarakat sesuai dengan yang diperlukan. Adanya tujuan luarbiasa bagus dalam mendukung tujuan program perhutanan sosial tentu saja mendapatkan dukungan dari Komisi IV DPR yang diwakili oleh pak Sudin SE, yang menyatakan bahwa program ini sangat bagus karena walaupun ada pandemi covid-19 namun KLHK tetap laksanakan pelatihan bagi masyarakat sekitar hutan secara virtual. Bapak Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL), Dr. Bambang Supriyanto menyatakan bahwa pengembangan perhutanan sosial ini sangat mendukung ketahanan pangan di tingkat tapak hingga saat ini dan mendukung mitigasi covid-19 ketika seluruh dunia terkena pandeminya.

Pada hari keempat yaitu hari terakhir pelatihan, diumumkan bahwa peserta pelatihan lulus semua bahkan ada yang mendapatkan nilai 100. Dari kesan dan pesan yang diberikan oleh salah seorang peserta yang mewakili angkatannya, pada umumnya mereka sangat tersanjung bisa ikut pelatihan ini karena mereka adalah pihak pertama yang ikut pelatihan secara virtual, para ASN KLHK saja belum pernah ikut pelatihan seperti mereka ini. Perwakilan kelompok juga ucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan dan berharap bahwa pelatihan seperti ini akan terus berlangsung meskipun pandemi covid-19 telah berlalu. Semua pesan dan kesan yang diberikan oleh peserta berisikan harapan positif akan keberhasilan pelatihan ini dan harapan untuk dapat terus dilakukan karena setiap tahapan umur/kedewasaan suatu kelompok tani hutan tentu akan memerlukan jenis dan level materi yang berbeda (Wulandari dan Kurniasih, 2019). Mereka berharap bahwa hasil-hasil pelatihan ini akan dapat diimplementasikan dan difasilitasi oleh lembaga yang sesuai di KLHK maupun lembaga lainnya yang sifatnya tidak mengikat. Bahkan ada satu usulan yang bagus dari perwakilan Angkatan 3 dari BDLHK Bogor yang diapresiasi oleh Dr. Apik Karyana (Sekditjen PSKL) yaitu minta adanya program lanjutan berupa sharing ilmu antar daerah secara online sehingga merekapun akan bisa saling belajar dengan masyarakat dan pendamping dari wilayah-wilayah lainnya. Hal ini tentu saja diharapkan juga akan berpengaruh terhadap pemasaran hasil perhutanan sosial mereka.