Menag: Tutty Alawiyah (alm) Terlahir Untuk Berdakwah

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyempatkan diri hadir bersama sekian banyak muslim dan muslimat pada acara tahlil malam ketiga meninggalnya Hj. Tuty Alawiyah (alm) yang diselenggarakan di rumah duka, Jatiwaringin, Kab. Bekasi, Jumat (06/05) malam. 

Acara tahlil dipimpin oleh Dailami Firdaus, putra kedua almarhumah. Dalam kesempatan itu, Dailami meminta Menagg Lukman untuk menyampaikan pandangannya atas sosok almarhumah semasa hidupnya.  

Hadir dengan menggunakan baju koko putih lengan panjang dipadu celana hitam dan kopiah hitam, Menag mengaku mempunyai kesan tersendiri terhadap almarhumah. Menurutnya, Tuty Alawiyah (alm) merupakan perempuan muslimah yang dilahirkan untuk berdakwah.   

“Di pikiran saya beliau terlahir untuk dakwah. Jadi jiwa dan ruhnya memang untuk dakwah. Tiada satu hari pun aktifitas beliau yang tidak ada kaitannya dengan dakwah. Semua terkait dengan dakwah,” kata Menag. 

Jika bicara tentang majelis taklim, lanjut Menag, maka sosok almarhumah tidak bisa dilepaskan. Ini merupakan gambaran lain dari keistimewaan sosok seorang Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada era Presiden BJ. Habibie. 

“Majelis taklim merupakan ciri dari Islam Indonesia yang tidak akan dijumpai di negara lain. Dan sosok almarhumah merupakan tokoh muslimah perintis dan juga yang membesarkan majelis taklim,” imbuh Lukman Hakim Saifuddin. 

“Dalam pandangan saya, almarhumah merupakan seorang sosok perempuan muslimah Indonesia yang luar biasa yang nyaris saya sulit mencari tandingannya. Tentu tanpa mengecilkan tokoh muslimah Indonesia lainnya,” tambahnya. 

Di mata Menag, keistimewaan almarhumah bahkan sudah terlihat sejak kecil. Menurutnya, keistimewaan tersebut antara lain saat usianya baru sembilan tahun, Tuty Alawiyah menjadi qoriah pertama di Istana Negara dalam acara peringatan Maulid yang untuk pertama kali diadakan di Istana pada era Presiden Soekarno, tepatnya tahun 1951.   

“Saya membaca riwayat beliau. Di usia Sembilan tahun, beliau sudah dipercaya jadi qoriah di dalam acara peringatan Maulid yang untuk pertama kali diadakan oleh Bung Karno di Istana Negara pada tahun 1951,” terang Menag. 

Senada dengan pandangan Menag, Din Syamsuddin yang turut hadir dalam acara tahlil tersebut juga menilai bahwa almarhumah merupakan tokoh perempuan muslimah yang tidak hanya diakui secara Nasional namun juga diakui di 5 benua dunia. “Saya pernah ditanya oleh tokoh muslimah dari Afrika tentang sosok almarhum,” ucap Din Syamsuddin. 

Din Syamsuddin menambahkan bahwa almarhumah tidak hanya dikenal oleh tokoh muslimah dunia, namun juga terkenal dikalangan tokoh mulim. “Ada tokoh muslim dari Saudi yang bertanya tentang As-Syafiiah,” kata Din. 

Bagi mantan ketua MUI yang juga pernah menjabat sebagai sekretaris BKMT, sosok almarhum tidak hanya konsen berdakwah, namun juga pandai berbisni. 

“Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) merupakan bukti bahwa almarhumah tidak hanya pintar dalam berdakwah tetapi juga piawai dalam berbisnis. Pandangan saya BKMT bukan semata sebagai sebuah organisasi masyarakat, akan tetapi sebuah gerakan yang saat ini anggotanya sangat banyak dan luas, kurang lebih 27.000 orang muslimah seluruh Indonesia,” terang Din. (p/ab)