nusakini.com--Perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Quran ke XXVI di Mataram Nusa Tenggara Barat resmi ditutup Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Dalam sambutannya, Menag mengapresiasi suksesnya gelaran dua tahunan ini, tidak hanya karena berjalan sesuai rencana tapi juga berhasil mengembalikan MTQ kepada khittahnya. 

Penyelenggaraan kali ini, MTQ terasa betul telah kembali ke khittah. Khittah MTQ adalah milik masyarakat. Saya patut mengapresiasi seluruh masyarakat Lombok tidak terkecuali dari non muslim yang bahu membahu mengembalikan MTQ ke maqam-nya, demikian penegasan Menag Lukman, Sabtu (6/8) malam. 

Menag mengaku menyaksikan sendiri antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi meramaikan acara sehingga sangat terasa bahwa MTQ lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat. Partisipasi itu semakin nampak ketika masyarakat juga aktif memantau, mengawasi dan mengawal MTQ berjalan secara jujur, adil, transparan, dan berkualitas, tegasnya disambut tepuk tangan ribuan masyarakat yang memadati Astaka Islamic Center NTB. 

Untuk memudahkan akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan MTQN XXVI, lanjut Menag, Pemerintah telah menyediakan sistem yang mendukung partisipasi aktif publik melalui optimalisasi teknologi informasi dan media. Untuk pertama kalinya sekaligus sebagai pembeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, MTQ sekarang menerapkan e-MTQ dan memiliki Media Center. 

Saat ini aplikasi online e-MTQ memang masih sederhana, sebatas pendaftaran dan kroscek dokumen. Tapi nyatanya itu pun sudah signifikan mengurangi praktik-praktik negatif yang mencederai kesucian kompetisi di bidang Al Quran, pekik Menag. 

Aplikasi ini ke depan harus terus disempurnakan sehingga memiliki alur dari hulu ke hilir sebagai sistem yang lengkap. Yakni sistem online yang berjalan secara ringkas tapi akuntabel mulai dari pendaftaran, penilaian, hingga penentuan juara, tambahnya. 

Menag yakin bahwa kehadiran aplikasi ini akan lebih menjamin hadirnya juara sejati melalui MTQ yang berintegritas tinggi. Menag berharap ke depan tidak ada lagi praktik transfer qari dari daerah lain hanya demi meraih predikat juara, termasuk juga tidak ada kecurangan oleh siapa pun dan dalam bentuk apa pun. 

Seiring transparansi melalui teknologi, marilah kita tumbuhkan semangat baru untuk melakukan pembinaan potensi putra-putri daerah sendiri. Prestasi akan datang secara membanggakan jika datang dari pembinaan yang berjenjang, ajaknya. 

Menag berharap kembalinya MTQ ke khittahnya ditindaklanjuti dengan program-program strategis yang berkelanjutan (sustainability). MTQ harus dapat menjadi sarana regenerasi untuk menjaga agar ketersediaan referensi selalu terjamin. 

Dari MTQ, lanjut Menag, Indonesia dapat mewarisi keindahan tilawah anak bangsa seperti Pak Yusnar Yusuf atau Pak Said Agil Al Munawar, Muammar ZA pada 1980-1990-an, keahlian qiraah KH Basori Alwi pada 1950-1970, hingga kepiawaian lagu KH Abdul Karim pada 1930-1950. Jika dirunut ke belakang, mereka mewarisi ilmu naghamatil Quran ala Syeikh Mustafa Ismail pada awal 1900-an yang merupakan regenerasi dari masa pengembangan seni Islam di zaman Abbasiyah, yang bersumber dari cara baca Quran semerdu Ubay bin Kaab di masa Rasulullah SAW. 

Ke depan, Menag juga mengusulkan agar MTQ digabungkan dengan penyelenggaraan Festival Islami yang menampilkan pameran seni Islami, fashion show, bazar kuliner muslim, atau promosi wisata halal. Dengan demikian, semakin banyak pihak yang dapat berpartisipasi dan pada akhirnya memberi dampak baik yang lebih signifikan. 

Saya harap MTQ tidak hanya gebyarnya yang akbar tapi juga berkontribusi meningkatkan perekonomian dalam skala yang mampu menyejahterakan masyarakat, ujarnya. 

MTQN XXVI di Mataram ini dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo pada Sabtu (30/07) lalu. Tampil sebagai juara umum adalah Provinsi Banten. Adapun tuan tumah MTQN XXVII yang akan diselenggarakan pada tahun 2018 adalah provinsi Sumatera Utara. (p/ab)