Membangun Pertanian dan Perekonomian Desa yang Ramah Lingkungan melalui Asian Food & Agribusiness

By Admin

nusakini.com--Percepatan pembangunan ekonomi perdesaan terus didorong Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT), salah satunya melalui program One Village, One Product (OVOP). Sebagai penyokong utama perekonomian desa, sektor pertanian menjadi salah satu kontributor utama dalam mensukseskan program OVOP tersebut.  

“Saya menyambut baik inisiatif konferensi Asian Food and Agribusiness ini. Konferensi ini menegaskan bahwa pembangunan yang kita lakukan tidak hanya pembangunan yang mengedepankan keuntungan semata, melainkan juga pembangunan yang lebih terencana dan berkelanjutan,” ujar Sekretaris Jenderal Kemendesa PDTT, Anwar Sanusi, dalam sambutannya pada acara Asian Food and Agribusiness Conference: Greening the Food Supply Chain di Bali, Rabu (26/10). 

Sebagai salah satu perwujudan Nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, pembangunan pertanian dan perekonomian desa adalah salah satu hal yang mutlak, mengingat pertanian merupakan sumber penghidupan perekonomian sebagian besar desa dan kawasan perdesaan. Namun usaha tersebut kerap berhadapan dengan berbagai konsekuensi pelestarian lingkungan hidup. Persaingan komoditas dan upaya memenuhi permintaan pasokan pangan seringkali memaksa para pelaku pertanian untuk mengambil langkah-langkah instan yang dapat berdampak negatif pada kelestarian alam dan lingkungan, seperti peggunaan pestisida dan berbagai senyawa kimia.  

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemendesa PDTT bekerjasama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan Centre for Integrated Rural Development of Asia Pacific (CIRDAP) menyelenggarakan Asian Food and Agribusiness Conference.  

“Saya mengapresiasi kerjasama kita dengan APO dan CIRDAP atas penyelenggaraan konferensi ini. Kementerian Desa PDTT akan selalu menyambut dengan tangan terbuka setiap kesempatan untuk bekerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kesamaan visi dalam percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan kawasan perdesaan,” ujar Anwar.  

Sejumlah tema akan dibahas dalam konferensi ini, diantaranya adalah keterkaitan antara rantai pasok pertanian pangan, pembangunan perdesaan/pertanian dan lingkungan hidup; Kebijakan lingkungan hidup bagi rantai pasokan pangan yang ramah lingkungan; Standar eksternal dan faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasokan pangan yang ramah lingkungan; Sejumlah model, metode dan teknik membangun rantai pasokan pangan yang ramah lingkungan; Pengemasan produk pangan yang ramah lingkungan (Green packaging Eco-packaging, Biodegradable packaging, and recycling); dan Manajemen limbah dalam industri pangan;  

Selain itu, para peserta dan narasumber juga akan melakukan field trip ke salah satu pertanian organik binaan Bali Organic Association (BOA). Lokasi pertanian tersebut menampilkan metode pertanian yang ramah lingkungan yang diandalkan untuk peningkatan perekonomian masyarakat desa. 

Konferensi ini menghadirkan sejumlah narasumber dan partisipan lokal dan internasional dari 14 negara di kawasan Asia Pasifik, seperti Australia, Iran, India, Tiongkok, serta Indonesia. Konferensi ini digelar selama tiga hari, yakni sejak tanggal 26 hingga 28 Oktober 2016 di Hotel Grand Inna Kuta, Bali.(p/ab)