Memasuki Musim Tanam, Dirut Petrokimia Gresik Tinjau Kesiapan Gudang dan Kios

By Admin


nusakini.com - Gresik - Direktur Utama Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, Dwi Satriyo Annurogo beserta jajaran blusukan ke gudang dan kios resmi yang ada di Jawa Tengah (Jateng), yaitu Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta, Rabu (14/10), serta Kabupaten Sukoharjo dan Klaten, Kamis (15/10).

 "Blusukan kali ini dalam rangka memastikan kesiapan gudang dan kios dalam menghadapi musim tanam Oktober - Maret (Okmar)," ujar Dwi Satriyo.

 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, Jateng merupakan daerah penghasil padi terbesar nasional mengalahkan Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar). Luas panen di Jateng mencapai 1.678.479 hektar (ha) dan menghasilkan sebesar padi 9,7 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 5,5 juta ton beras. Beberapa kabupaten di eks karesidenan Surakarta bahkan dikenal sebagai segi emas penghasil beras, karena tingginya produktivitas padi yang dihasilkan.

"Jawa Tengah harus mendapatkan kawalan ekstra pada saat menghadapi musim tanam kedua tahun 2020, apalagi musim tanam kali ini berlangsung di tengah wabah Covid-19," ujar Dwi Satriyo.

 Lebih lanjut, Dwi Satriyo mengungkapkan per hari ini, Kamis (15/10) stok pupuk bersubsidi Petrokimia Gresik secara nasional sebesar 646.079 ton, melebihi ketentuan minimum pemerintah (172.288 ton). Stok tersebut terdiri dari Pupuk Urea 74.215 ton, ZA 73.224 ton, SP-36 117.549 ton, Phonska 297.550 ton, dan Petroganik 83.541 ton.

 Dari total stok tersebut, untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar 59.912 ton, dengan rincian ZA 6.132 ton, SP-36 9.209 ton, NPK Phonska 35.839 ton dan Petroganik 8.732 ton (khusus pupuk Urea untuk provinsi Jateng menjadi tanggung jawab penyaluran PT Pupuk Sriwijaya).

 “Kewajiban dari Petrokimia Gresik adalah menyediakan dan menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai penugasan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional,” ujar Dwi Satriyo.

 Untuk memastikan penyaluran hingga ke daerah, Petrokimia Gresik memiliki 77 orang Staf Perwakilan Daerah Penjualan (SPDP) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka rutin berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3), kelompok tani, hingga aparat berwajib setempat.

 “Dalam penyalurannya, perusahaan memegang teguh prinsip 6 tepat, yaitu Tepat Harga, Tepat Tempat, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Jenis, dan Tepat Waktu,” jelasnya.

 Gali Aspirasi Petani

Lebih lanjut, Dwi Satriyo menjelaskan bahwa sebaran potensi pertanian di Jateng lengkap di seluruh subsektor pertanian, mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan maupun kehutanan. Untuk itu blusukan di Jateng ini juga menjadi sarana bagi Petrokimia Gresik untuk menggali aspirasi dari petani dan pemimpin daerah masing-masing wilayah.

 "Kami juga melakukan audiensi langsung dengan petani dan juga Bupati/Walikota setempat untuk menggali kebutuhan dan masalah pertanian di sana, agar Petrokimia Gresik dapat memberikan solusi yang tepat sasaran atas segala kebutuhan di sektor agroindustri," tandasnya.

 Apalagi mengacu pada survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS bulan Februari 2020 menyebutkan sekitar 26,06 persen penduduk Jateng yang berusia produktif bekerja di sektor pertanian. Sumber Daya Manusia (SDM) ini merupakan energi yang besar dalam mendukung masa depan pertanian di Indonesia.

 “Untuk itu, potensi ini harus mendapat dukungan dari para stakeholder agar dapat dikelola dengan baik dalam rangka menjaga kemajuan pertanian di tanah air,” ujarnya.

 Terakhir, Dwi Satriyo menegaskan bahwa Petrokimia Gresik senantiasa siap mendukung pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam menjaga ketahanan pangan nasional, dengan menghadirkan kawalan pertanian secara komprehensif, mulai dari pupuk berkualitas, pengendalian hama, hingga konsultasi pertanian melalui layanan mobil uji tanah yang sudah tersebar di 8 provinsi di Indonesia.

 “Dengan demikian diharapkan produktivitas pertanian terus meningkat, sehingga dapat mendongkrak kesejahteraan petani sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional,” tutup Dwi Satriyo. (Ma)