Melongok Integrasi Hortikultura Dan Pariwisata Di Kepulauan Raja Ampat
By Admin
nusakini.com - Kemasyhuran dan eksotisme Kepulauan Raja Ampat Provinsi Papua Barat sudah tersohor ke seluruh tanah air bahkan penjuru dunia. Kawasan yang terkenal diantaranya Waigeo, Piyanimo dan Wayag. Dibalik ketenaran pariwisatanya, Raja Ampat sangat membutuhkan dukungan pasokan bahan pangan. Hingga saat ini, sebagian besar pasokan masih harus didatangkan dari Sorong dan Manado. Untuk bawang merah juga masih harus didatangkan dari Enrekang Sulawesi Selatan.
"Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sudah mewanti-wanti agar pengembangan kawasan pertanian harus terkoneksi dan terintegrasi dengan sektor lainnya, contohnya pariwisata", ujar Prihasto Setyanto, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura saat mengunjungi Raja Ampat di Waisei, Jumat 20/7 didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Raja Ampat, Walujo B. Hargo dan Kabid Hortikultura Provinsi Papua Barat, Anthoni Jenusy
"Kawasan pariwisata Raja Ampat yang sudah tersohor ke seluruh dunia ini, harus didukung pasokan bahan pangan yang mencukupi", tutur Prihasto. "Jangan sampai terjadi kelangkaan, karena ini sudah menyangkut kesan dan reputasi bangsa di mancanegara. Ditjen Hortikultura terus berkomitmen menumbuhkan sentra-sentra produksi sayuran strategis khususnya cabai dan bawang merah, termasuk di Raja Ampat ini", terangnya. Pada kesempatan tersebut, Prihasto juga menyerahkan bantuan benih cabai dan aneka sayuran kepada 3 kelompoktani setempat.
Para petani di Waigeo dan Misool, Raja Ampat mengaku sangat mendukung program Kementerian Pertanian menggalakkan produksi lokal. Budiman, Ketua Kelompoktani Sumber Riski mengaku siap menggerakkan anggota dan kelompoktani lainnya untuk menanam cabai dan bawang merah. "Lahan disini sangat cocok dan masih alami. Terbukti, saya hanya tanam 500 batang cabai saja, bisa panen 20 kali lebih per musim tanam. Tiap bulan saya bisa dapet 3 juta, belum lagi dari hasil tanaman lain", ujar Budiman. "Petani disini sangat semangat menanam sayuran karena pemasarannya mudah. Terlebih daerah Raja Ampat kini semakin ramai pariwisatanya", ungkapnya optimis.
Data proyeksi BPS 2017 menyebut penduduk Raja Ampat sebanyak 47.301 jiwa. "Dengan jumlah penduduk demikian, diperluan lahan untuk tanam aneka cabai secara intensif sekurang-kurangnya 21 hektar dan menghasilkan 160 ton cabai per tahun. Sementara untuk bawang merah butuh lahan 15 hektar dengan produksi 130 ton setahun", beber Prihasto. "Kebutuhan ini akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan baik lokal dan domestik di wilayah ini", imbuhnya.
Melihat kondisi geografis Raja Ampat yang terdiri dari ribuan pulau, Prihasto mengusulkan adanya re-desain penganggaran dari pusat khusus untuk daerah kepulauan atau terpencil seperti Raja Ampat ini. "Tentu pendekatannya tidak bisa disamakan dengan daerah lain di Indonesia bagian barat. Sebagai contoh beberapa distrik Raja Ampat seperti Kepulauan Ayau, Kepulauan Misool, Kepulauan Sembilan dan Kofiau harus ditempuh 5 jam lebih dengan kapal ", pungkas Prihasto. (pr/eg)