Masyarakat Diminta Waspadai Bahaya Ikutan Gempa Pasaman

By Abdi Satria


nusakini.com-Pasaman-Pada Jumat, tanggal 25 Februari 2022, pukul 08:39:29 WIB, masyarakat Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat dan sekitarnya dikejutkan dengan terjadinya guncangan gempa bumi dengan magnitudo 6,2. Gempa yang berpusat di Utara G. Talamau pada koordinat 99,98? BT dan 0.15? LU, berjarak sekitar 17,5 km timur laut Simpang Ampek, Kabupaten Pasaman Barat tersebut diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan, berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi. Untuk itu masyarakat diminta untuk mewaspadai adanya bahaya ikutan paska gempa.

"Peluang terjadinya likuefaksi dapat terjadi khususnya di daerah dataran dan sedikit landai," ujar Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono. Sabtu (26/2).

Diungkapkan Eko, pada umumnya kerentanan likuefaksinya sedang, yang artinya zona kerentanan yang dapat mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak. Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir.

Berdasarkan informasi, akibat rentetan gempa darat yang mengguncang Pasaman dan Pasaman Barat, telah terjadi fenomena tanah bergerak. Fenomena ini terjadi di kawasan Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman.

Badang Geologi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan mekanisme tanah bergerak yang telah terjadi. Eko mengatakan, fenomena likuefaksi berupa aliran yang dapat menyebabkan gerakan tanah/tanah bergerak dapat terjadi apabila beberapa persyaratan terpenuhi, yaitu kondisi litologi penyusun, morfologi, muka air tanah dan gempa bumi sebagai pemicu terjadinya likuefaksi.

"Hasil analisis sementara untuk mekanisme likuefaksi aliran ini berdasarkan informasi media dan kondisi geologi di daerah Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman. Likuefaksi tipe aliran ini dapat terjadi karena kondisi material tanah yang sangat jenuh air dan relatif dangkal, dan material ini bersumber dari hasil litologi rombakan bagian hulunya (Qvta)," jelas Eko.

Eko menduga sifat material hasil rombakan ini kemungkinan bersifat non plastis sampai sedikit plastis, kurang padu dan berada dalam kondisi jenuh air. Selain itu, kemiringan lereng yang relatif landai mengarah ke sungai batang timah adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadi pergerakan mengalir dengan pemicu guncangan yang sangat kuat (dekat sumber gempa sekitar 17 km) sehingga mengurai dan menghancurkan kekuatan tanah aslinya.

Selanjutnya Eko juga menjelaskan mengenai fenomena semburan lumpur air panas yang juga terjadi akibat gempa bumi Pasaman di lokasi terdampak (sekitar 30 m dari pemandian air panas) yang diinformasikan dari beberapa media.

"Dugaan sementara, guncangan gempa bumi yang sangat kuat menyebabkan retakan yang memotong akuifer yang berisi air panas dan diperkirakan retakan tersebut menembus ke permukaan aluvium hingga permukaan tanah. Adapun material lumpur adalah material aluvium (Qh) yang terbawa oleh tekanan air yang kuat yang berasal dari akuifer yang mengandung air panas. Adapun sebaran air panas yang ada di beberapa titik karena mengikuti bidang lemah yang terbentuk natural. Ada kemungkinan spot-spot ini sebagai mud volcano atau kemungkinan sand boil," pungkas Eko. (rls)