Maraknya Kejahatan Digital, Proteksi Keamanan Data Pribadi Jadi Sangat Penting

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Saat ini proteksi keamanan data digital pribadi menjadi suatu yang demikian penting dengan mempergunakan sistem keamanan digital. Hal ini diungkapkan perwakilan ICTWatch Habib Almaskaty dalam diskusi daring, Selasa (26/7)

Habib memaparkan, menerapkan sistem keamanan digital, seperti keamanan password, PIN, OTP, dan lainnya, perlu dilakukan. Hal tersebut demi menghindari terjadinya kejahatan digital. Misalnya, pencurian data pribadi.

“Tidak ada yang aman 100 persen di internet, lebih baik sedikit lebih susah daripada rentan dalam keamanan" ujar Habib. 

Senada dengan Habib, Assistant Program Manager ECPAT Indonesia Oviani Fathul Janah menerangkan pentingnya menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila di ruang digital. Seperti saling menghormati perbedaan, kesetaraan, harmoni, dan demokratis.

"Gotong royong harus kita junjung tinggi dalam berinteraksi digital. Sebagai warga digital yang Pancasilais harus berpikir kritis, meminimalisir unfollow, unfriend, dan block untuk menghindari echo chamber dan filter bubble, gotong royong dan kolaborasi harus selalu diterapkan," imbuh Oviani.

Pegiat Seni Budaya dan Produser Musik Madha Soentoro menambahkan, di era media baru, apalagi era digital, masyarakat bisa menanggapi langsung informasi yang telah dipublikasikan di media sosial.

Di sinilah para pihak, baik produsen info maupun publik, ke depan bisa saling menjaga diri dalam saling merespon. Tidak menjadi debat yang tak berkesudahan dan kontraproduktif.

"Etika bermedia sosial: menghargai perbedaan, gunakan tutur bahasa yang baik dan sopan, manfaatkan fitur-fitur digital secara optimal," kata Madha.

Sebelumnya, Populix, perusahaan riset berbasis digital asal Indonesia, meluncurkan Survei Consumer Preference Towards Banking and e-Wallet Apps.

Jajak pendapat tersebut mengulas preferensi masyarakat Indonesia terhadap penggunaan aplikasi mobile banking, digital banking, dan dompet digital (e-wallet).

Survei dilakukan secara online melalui aplikasi Populix terhadap 1.000 responden berusia 18–55 di Indonesia. Dari 1.000 responden, sebanyak 64 persen responden memiliki aplikasi layanan keuangan di ponsel.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 91 persen responden memiliki aplikasi mobile banking, 84  persen memiliki e-wallet, dan 33 persen memiliki aplikasi bank digital.

"Akselerasi transformasi digital yang terjadi beberapa tahun belakangan ini terus membawa dampak terhadap berbagai industri, termasuk sektor perbankan dan keuangan. Hal ini terlihat juga dari semakin banyaknya pilihan aplikasi layanan perbankan dan keuangan yang bertumbuh untuk menjawab berbagai kebutuhan pengguna,"ujar Co-Founder & CEO Populix Timothy Astandu dalam keterangan tertulis, Selasa (26/7/2022).

Timothy menambahkan beberapa alasan utama yang mendorong responden memilih aplikasi mobile banking dan digital banking yaitu kepraktisan, penghematan waktu, dan kemudahan dalam penggunaan aplikasi.

Fenomena menarik terjadi di kategori digital banking. Menurut survei Populix, Bank Jago menjadi pilihan nomor satu responden dengan persentase 46 persen diikuti oleh Neobank atau bank neo commerce (BNC) sebanyak 40 persen, dan Jenius dari Bank BTPN sebesar 32 persen.

Posisi keempat diisi oleh SeaBank dengan prosentase 27 persen. Seabank adalah aplikasi bank digital yang terintegrasi dengan ekosistem Shopee. Sementara Allo Bank berada di peringkat kedelapan dengan prosentase hanya 7 persen.

Catatan saja, Bank Jago merilis aplikasi pada April 2021 dengan jumlah nasabah yang menginstall Jago App lebih dari 3 juta orang per akhir Kuartal II-2022. 

Jenius telah lebih dulu eksis yakni pada 2016 dan jumlah nasabahnya kini mencapai lebih dari 5 juta orang. 

Sedangkan BNC lebih fenomenal lagi, dirilis pada 2021 namun jumlah download app lebih dari 13 juta orang.

Menurut Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah, survei ini mengonfirmasi bahwa kemampuan bank digital menciptakan fitur yang inovatif, unik dan relevan menjadi kunci sukses dalam meyakinkan nasabah untuk bertransaksi di aplikasi.

“Dalam hal usia, Jenius lebih tua dari Bank Jago dan pionir bank digital pula. Sementara dari sisi jumlah konsumen yang install aplikasi, BNC empat kali lipat lebih banyak dari Jago. Tapi, dalam konteks preferensi nasabah, Jago justru paling dominan, paling populer” kata Piter Abdullah, ekonom CORE Indonesia.

Piter menjelaskan, selain faktor aplikasi yang inovatif dan relevan, Bank Jago memiliki keunggulan karena telah lebih dulu membangun ekosistem digital, dibandingkan bank lain.

“Saya selalu mengatakan, kalau ada lintasan balapan baru, Bank Jago ini sudah balapan duluan, karena dia membangun ekosistem digitalnya lebih dulu,” ujar Piter. (*/ip)