Lewat ‘Investasi Hijau’, Indonesia Berjuang Implementasikan SDGs

By Admin


nusakini.com - JAKARTA – Implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB, kerap pula disebut SDGs) memiliki banyak tantangan dan ini bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan di seluruh negara yang saat ini mulai menjalankan SDGs.

Pernyataan itu disampaikan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho dalam Seminar Nasional ‘Keberlanjutan untuk Semua: Menuju Peta Jalan SDGs di Indonesia’ di Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Acara ini digelar Tropical Landscape Finance Facility (TLFF), sebuah konsorsium mitra Pemerintah dalam menghadirkan investasi berbasis lingkungan di Indonesia.

Beberapa tantangan dijelaskan Yanuar di antaranya adalah bagaimana membentuk pola kerja bersama antara Pemerintah dan aktor non Pemerintah. “Tujuannya sederhana agar perbaikan kualitas kehidupan terjadi pada sekitar pilar-pilar TPB yakni bumi, manusia dan kesejahteraan. Tidak semata untuk kesejahteraan yang manfaatnya berdurasi pendek atau hanya dinikmati kelompok tertentu,” papar Yanuar.

Tropical Landscape Finance Facility merupakan konsorsium dari badan PBB (UNEP), pihak perbankan, fund manager, mitra pembangunan, perusahaan dalam negeri dan juga pemerintah yang berupaya mendatangkan investasi berbasis lingkungan ke Indonesia.

Hadir di acara ini antara lain Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Panjaitan, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fazchir, Deputi Bidang Pengembangan Manusia, Komunitas dan Kebudayaan Bappenas Subandi, Direktur Eksekutif UN Environment Erik Solheim, CEO BNP Paribas Singapura Joris Dierckx dan beberapa pimpinan organisasi lainnya yang bekerja di bidang investasi berkelanjutan.

“Banyak negara mengatakan Indonesia negara yang tidak ramah lingkungan, namun saya bisa buktikan mereka salah. Indonesia sangat peduli dan tengah mengimplementasikan SDGs,” kata Menko Luhut.

Menko Maritim menambahkan Indonesia sudah memiliki target untuk implementasi dari tujuan berkelanjutan tersebut. Menurut Luhut, semuanya terlihat dengan berkurangnya kemiskinan di Indonesia.

Indonesia, sambung Luhut, saat ini tengah mempertahankan kualitas hidup. "Kemiskinan, contohnya, Indonesia melakukan penyelesaian secara inklusif untuk masalah ini," tukas dia.

Perjuangkan ‘Investasi Hijau’

Bersama dengan TLFF, Kantor Staf Presiden sudah berusaha mendatangkan investasi ke Indonesia sejak tahun 2015 dengan fokus utama di bidang energi, perkebunan, pertanian, dan pengelolaan sumber daya alam lainnya yang khusus mempertimbangkan aspek investasi dari segi pengelolaan lingkungan dan dampak sosialnya.

Jenis investasi seperti ini langka dan masih baru namun sangat dibutuhkan mengingat bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) mensyaratkan bahwa semua investasi baik di sektor jasa, lingkungan, industri sekalipun harus memiliki perspektif berkelanjutan dan berdurasi jangka panjang.

“Tentu saja investasi seperti ini tidak mudah dan memiliki banyak tantangan, baik ketersediaan pendanaan yang relatif murah dan berdurasi jangka panjang, ketersediaan kebijakan dan ruang kebijakan yang ramah serta penyesuaian proses kerja lainnya yang tergolong banyak,” kata Yanuar Nugroho.

Per 2018, sudah ada beberapa transaksi yang berhasil antara lain dengan perusahaan ban mendunia Michellin yang menjadi ‘investasi hijau’ pertama di Asia Tenggara. Banyak sudah contoh investasi berbasis ekologi dan berkelanjutan namun yang membedakan antara portofolio di TLFF dengan yang sudah banyak di kelola oleh donor sebagai proyek percontohan adalah skala investasinya. Ukuran investasi yang diharapkan dalam kisaran ratusan juta dollar AS atau Euro.

Dalam kerja sehari-harinya, TLFF bersama dengan KSP selalu mencari dan memanfaatkan berbagai proyek yang ada dan sudah berjalan agar mudah mendatangkan investasi. Bentuk pengawasannya juga beragam, mulai dari jenis teknologi pemantauan yang dipilih, rancangan proses kerja mitra pengawasan non-pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik yang lokal maupun yang internasional, hingga ke komitmen pengelolaan lingkungan yang menjadi pra syarat transfer pendanaan.

BNP Paribas sebagai salah satu mitra perbankan TLFF memilih Indonesia karena kesempatan melakukan inovasi investasi berkelanjutan dalam rangka implementasi TPB sangat besar. Kebutuhan pendanaan negara Indonesia sendiri sangat besar dan tanpa kerjasama perbankan luar negeri akan sulit jika beban pendanaan harus di tanggung perbankan dalam negeri. UNEP sendiri mengungkapkan bahwa peran Indonesia sangat penting mengingat Indonesia sering di sebut “paru-paru dunia” dan dengan keaneragamanhayati yang sangat tinggi, sekaranglah saatnya perubahan tata kelola terjadi. Momentum ini sangat tepat dan sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk memperbaiki tata kelola lingkungan, proses kerja dunia keuangan dan kelompok masyarakat miskin dan tertinggal selama ini. (p/ma)