Kuasa Uang

By Admin


Oleh: Swary Utami Dewi

(Pegiat Aksi Literasi)

nusakini.com - Komunitas Aksi Literasi pada Jumat, 17 Juli 2020, mengadakan bedah buku ke-5. Buku yang dibahas: KUASA UANG, karya Dr. Burhanuddin Muhtadi.

Sebagai penanggap adalah Dr. Sri Budi Eko Wardani (Dani) dan Titi Anggraini. Moderatornya Dr. Tri Wijaya. Diskusi ini dihantarkan oleh Dr. Andrinof Chaniago.

Sebagai catatan awal, Dr. Irwandi Maek menuliskan bahwa buku Kuasa Uang memaparkan investigasi terhadap dampak politik uang terhadap akuntabilitas lembaga-lembaga demokrasi dan representasi kebijakan di negara-negara demokrasi baru. Studi yang komprehensif mengenai dinamika jual beli suara dalam konteks demokrasi yang baru tumbuh di Indonesia, dengan mengeksplorasi karakteristik, intensitas, determinan, strategi penargetan, dan efek elektoral politik uang tersaji jelas di buku ini.

Studi ini membahas isu-isu sentral tersebut di atas dalam konteks studi perbandingan mengenai pembelian suara. Argumennya, meskipun loyalis partai cenderung menjadi target operasi pembelian suara, secara absolut —mengingat jumlah pemilih loyalis relatif kecil di Indonesia— insentif material itu justru jatuh ke tangan para pemilih mengambang. 

Irwandi lebih lanjut menyatakan bahwa riset yang dipaparkan dalam buku ini juga menunjukkan bahwa efektivitas politik uang terhadap pilihan suara ‘hanya’ dalam kisaran 10 persen. Meskipun tampak kecil, dalam konteks sistem proporsional terbuka, efek sebesar 10 persen tersebut lebih dari cukup bagi banyak calon untuk mendapatkan kemenangan. Inilah yang menjelaskan mengapa politisi begitu antusias mengejar politik uang, meskipun tingkat kebocorannya sangat tinggi.

Diskusi buku ini sendiri berlangsung menarik dan bernas. Dani misalnya mengatakan bahwa apa yang diteliti dan kemudian ditulis dalam buku ini banyak mematahkan mitos tentang politik uang yang selama ini berkembang di Indonesia. Misalnya sering dikatakan pemilih perempuanlah yang dominan terpapar politik uang dan menjadi sasaran operator politik. Juga banyak disangkakan ini terjadi pada mereka yang tidak mampu secara ekonomi. 

Nyatanya, laki-lakilah yang lebih sering menjadi sasaran politik uang. Dan makin menarik saat temuan dalam Kuasa Uang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara politik uang dengan taraf ekonomi, juga dengan tingkat pendidikan seseorang.

Titi berharap bahwa kajian Burhanuddin Muhtadi dalam buku ini bisa menjadi input bagi pengambil kebijakan untuk perbaikan kondisi Indonesia di masa pemilu dan pilkada.