Kualitas dan Kemasan, Rahasia Sukses Pesantren Al-Ittifaq Kelola Bisnis Pertanian

By Abdi Satria


nusakini.com-Bandung-Pesantren Al-Ittifaq Bandung dikenal sukses memperberdayakan ketahanan ekonomi santri dan masyarakat sekitarnya. Salah satu produknya adalah hasil pertanian berupa sayuran yang dikelola dengan baik hingga dipasarkan di supermarket besar di Jakarta. 

Putera pengasuh Pesantren Al Ittifaq Deden berbagi pengalaman sekaligus rahasia pesantrennya mengelola bisnis pertanian. Menurutnya, sukses pemasaran produk sayuran Al-Ittifaq tidak terlepas dari strategi marketing mix, yaitu packaging. Selain keunggulan kualitas sayurannya yang segar, produk sayuran dikemas dengan rapih dan bersih sehingga bisa diterima pasar secara luas (marketable) 

“Pengemasan yang dilakukan secara modern dan rapi juga menjadi hal terpenting sehingga produk kita bisa diterima di pasar ritel besar di Jakarta,” terang Deden di Bandung,

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono mengapresiasi kiprah pengembangan bisnis pesantren Al-Ittifaq. Menurutnya, hal itu bisa menopang kemandirian pesantren dalam peran tafaqquh fid-din (melahirkan para santri yang memahami ilmu agama). “Ini bagus dan ini yang seharusnya dilakukan santri,” ujar Waryono. 

Menurut Waryono, santri harus belajar banyak tentang konsep kemandirian dan ketahanan perekonomian pesantren. Santri tidak cukup hanya cakap dalam mengkaji keilmuan keagamaan, tetapi juga harus mampu berkontribusi untuk memperdayakan perekonomian umat.  

“Santri hari ini seharusnya bisa mencontoh pesantren ini, ekonominya kuat dan mandiri sehingga pesantren bisa diakui eksistensinya dan santri juga tidak cuma dikenal sebagai ahli mengaji tetapi juga ahli berbisnis,” ujar Waryono. 

Terkait dengan bisnis pesantren, Deden menambahkan bahwa sampah hasil produksi sayurnya tidak dibuang tetapi diberikan ke ternak kambing dan sapi. Sementara kotoran sapinya dijadikan sebagai pupuk kandang bagi perkebunan. Hal tersebut, tentunya akan menjadi ekosistem yang baik sehingga terjadi kesinambungan. 

“Ini nanti sampahnya tidak langsung dibuang, tetapi diberikan sebagai pakan di peternakan kami, bisnis pesantren ini sangat terpadu pak,” tutup Deden. (p/ab)