Kemitraan dengan swasta Menggiurkan Petani Pisang di Lampung

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Tanggamus--Peningkatan ekspor pisang segar tidak lepas dari peran kemitraan antara petani dan pelaku usaha. Salah satunya dengan program pengembangan kawasan pisang komersial. Salah satu yang sudah berhasil adalah pisang para petani di Kabupaten Tanggamus.

Suroto, salah satu petani di Kabupaten Tanggamus mengaku sejak bergabung dalam program kemitraan, pendapatannya jauh meningkat. Sebelum bermitra, pendapatan bersihnya hanya Rp 6 juta yang diterima setelah 4 bulan bertani padi dan jagung. 

"Setelah bermitra bukan hanya dapat pasar, harganya juga stabil. Lahan saya seluas 0,7 hektare menghasilkan 0,5 ton pisang tiap minggunya. Dari itu saya mendapat keuntungan bersih Rp 5 juta per bulan," ucap Suroto.

Suroto bukan satu-satunya petani di Kabupaten Tanggamus yang bermitra. Ahmad Sudarwan, Ketua Kelompok Tani Nakula, Desa Margoyoso Kabupaten Tanggamus mengaku pendapatannya dari budidaya pisang tanduk, muli dan janten seluas 1,5 hektare sebelum bermitra hanya mencapai Rp 1 juta per dua minggu. 

"Setelah bermitra selama 2 tahun, saya bisa menghasilkan pendapatan bersih mencapai Rp 5 juta per dua minggu," ucapnya.

Petani lainnya, Bardi mengungkapkan bahwa sebelum bermitra harga pisang hasil budidayanya fluktuatif. Bahkan setelah pada perayaan Idul Fitri harga pisang menurun tajam hingga Rp 600 per kg.

"Sekarang saya tidak perlu khawatir lagi mencari pasar dan harga yang layak. Dengan perusahaan, semua pisang ada grade-nya dengan harga yang layak," ucap Bardi bangga.

Saat ini sebanyak tujuh kelompok tani di 38 desa dan 8 kecamatan di Kabupaten Tanggamus atau 276 petani sudah bergabung dalam program tersebut. Kumpulan kelompok tani tersebut menjalan kerja sama dengan perusahaan swasta dengan perantara Koperasi Tani Hijau Makmur. Terus meningkatnya jumlah petani yang bermitra menunjukkan betapa menggiurkannya program kemitraan tersebut.

Kemitraan ini berawal dari lahan 5 hektare kawasan pisang oleh Kementerian Pertanian melalui program pengembangan kawasan pisang komersialpada 2016. Saat ini kemitraan di Kabupaten Tanggamus terus meningkat mencapai 300 hektare. Melalui kemitraan ini, petani didorong dan dibina untuk membudidayakan varietas pisang yang diminati pasar dengan mengacu pada budidaya yang baik, sehingga dapat menghasilkan pisang yang bermutu tinggi. Selain itu pisang hasil budidayanya dijamin pemasarannya. 

Selain dipasarkan ke pasar domestik, pisang ini juga telah menembus pasar ekspor. Tercatat pada 2018 pernah diekspor ke Singapura dan Tiongkok. Pisang mas yang dikembangkan melalui pola ini ternyata memiliki potensi ekspor yang cukup besar. Bahkan kebutuhannya belum dapat dipenuhi karena banyaknya permintaan dari negara-negara seperti Singapura, Tiongkok dan Timur Tengah. Permintaan ekspor ke Singapura baru seperlimanya dapat terpenuhi.

Ekspor pisang melalui program kemitraan ini telah berkontribusi terhadap peningkatan ekspor pisang segar Indonesia. Menurut data BPS volume ekspor pisang segar pada 2018 meningkat 67 persen menjadi 30.373 ton dibandingkan dengan 2017 sebesar 18.192,5 ton. Tidak menutup kemungkinan ekspor pisang segar Indonesia akan terus meningkat seiring dengan meluasnya kemitraan antara petani dan perusahaan swasta.

Menilik manfaat pola kemitraan ini, Sri Wijayanti Yusuf, Plt Direktur Buah dan Florikultura, pada saat kunjungan lapang ke Kabupaten Tanggamus berharap kemitraan ini dapat terus ditingkatkan.

"Kami harap pola - pola kemitraan ini terus ditingkatkan dan menggandeng lebih banyak lagi petani tidak hanya di Kabupaten Tanggamus namun juga wilayah lain di Indonesia. Selain itu, untuk ke depannya program pengembangan buah perlu menggandeng swasta sebagai mitra dan pemasar produk dari petani binaannya," jelas Sri.(R/Rajendra)