Kementan Dorong Pelaku Usaha Perluas Ekspor Produk Unggas Nasional

By Al


nusakini.com - Jakarta, 14 Oktober 2024 – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa komoditas unggas, terutama daging ayam ras dan telur ayam ras, telah mencapai swasembada dan menunjukkan keunggulan daya saing yang tinggi di pasar domestik maupun internasional. Kedua komoditas ini tidak hanya vital sebagai sumber pangan hewani bagi masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.

Komoditas unggas di Indonesia memberikan kontribusi sebesar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor peternakan, serta menyerap sekitar 10% tenaga kerja nasional. Secara keseluruhan, sektor ini berkontribusi pada nilai ekonomi lebih dari Rp 700 triliun, menjadikannya sebagai sektor yang sangat strategis.

Meningkatnya produktivitas daging ayam ras dan telur ayam ras menjadi indikator pesatnya kemajuan industri perunggasan di Indonesia. Produksi daging ayam ras, selama periode 2020-2024, tumbuh rata-rata 4,51% per tahun, sementara produksi telur ayam ras mengalami kenaikan 5,45% per tahun dalam periode yang sama.

Pada tahun 2024, Kementan mencatat bahwa produksi daging ayam ras nasional mencapai 3,84 juta ton, dengan kebutuhan domestik sebesar 3,72 juta ton. Hal ini menghasilkan surplus bulanan sebesar 116,19 ribu ton dan surplus kumulatif sebanyak 239,09 ribu ton. Sementara itu, produksi telur ayam ras diproyeksikan mencapai 6,34 juta ton, dengan kebutuhan domestik sebesar 6,24 juta ton, menghasilkan surplus sebesar 173,62 ribu ton.

Surplus ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kapasitas produksi yang kuat. Namun, agar surplus ini tidak berlebihan, Kementan menyarankan agar stok kelebihan dikelola dengan sistem buffer stock nasional untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di pasar domestik.

Meski pasar ekspor telur konsumsi Indonesia masih terbatas di beberapa negara seperti Singapura dan Timor Leste, Indonesia menempati urutan keempat dunia dalam hal produksi telur ayam ras, setelah India. Hal ini menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam penyediaan pangan dunia berbasis unggas.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, optimis dengan capaian swasembada pangan unggas ini. Ia menyatakan bahwa Indonesia dapat memberikan kontribusi besar terhadap pemenuhan pangan dunia dan turut andil dalam mengatasi krisis pangan global.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, mengungkapkan bahwa produk unggas Indonesia sudah diterima dengan baik oleh beberapa negara, meski ada tantangan dalam hal persyaratan ekspor yang ketat. Pemerintah bersama pelaku usaha telah berhasil mengatasi berbagai hambatan teknis tersebut.

Contoh sukses ekspor unggas Indonesia dapat dilihat dari PT. Gizindo Sejahtera Jaya (CPI Group), yang berhasil mengekspor telur konsumsi ke Singapura sebanyak 118 kali pengiriman selama periode Januari-September 2024. Total ekspor telur yang dikirim mencapai 38,36 juta butir atau setara dengan 2,37 ribu ton dengan nilai total sekitar 4,44 juta USD.

Selain itu, dua perusahaan besar di sektor perunggasan, PT. Charoen Pokphand Indonesia dan PT. Japfa Comfeed, rutin mengekspor produk unggas lainnya seperti Day-old Chick Final Stock (DOC FS), karkas ayam beku, dan ayam hidup ke Singapura. Bahkan, pada bulan ini, kedua perusahaan tersebut juga mengekspor ratusan ribu butir telur tetas (hatching egg) dari Parent Stock ayam ras pedaging ke Uni Emirat Arab (UEA).

Agung Suganda menambahkan bahwa Ditjen PKH telah menyusun peta jalan untuk mendukung program "Makan Bergizi Gratis" (MBG) pada periode 2025-2029. Dengan target produksi telur yang diperkirakan mencapai 6,94 juta ton pada 2025 dan 7,81 juta ton pada 2029, surplus tetap akan dijaga pada kisaran 4-5% untuk memenuhi kebutuhan domestik dan mendukung program MBG.

Kementan berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas produksi unggas melalui inovasi teknologi dan perbaikan infrastruktur. Meskipun ada tantangan global seperti perubahan iklim, Indonesia tetap optimis dalam mewujudkan kemandirian pangan dan berperan aktif dalam pasar global.

“Surplus pada komoditas unggas menunjukkan bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan kemandirian pangan dan berperan aktif di pasar regional dan global,” ujar Agung.

Kementan juga mendorong pelaku usaha untuk terus memperluas pasar ekspor guna memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam sektor perunggasan. Dengan kapasitas produksi yang terus berkembang, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu negara unggulan dalam penyediaan pangan berbasis unggas di pasar internasional.