Kemenpora dan BNN Perkuat Kerjasama Pengetahuan Tentang Narkoba Sejak Usia Dini

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Menpora RI Zainudin Amali menerima audiensi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Heru Winarko yang hadir bersama Kapuslitdati BNN Agus Irianto dan Direktur Kerjasama BNN Ahmad Djatmiko di ruang kerjanya lantai 10 Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta.  

Kemenpora dan BNN berencana untuk memperkuat kerjasama dalam pengetahuan terhadap narkoba sejak usia dini. Menpora RI menilai penting adanya kerjasama Kemenpora dengan BNN sebagai kementerian yang memiliki tanggungjawab terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia, terlebih fokus Presiden Joko Widodo juga fokus pada pembangunan SDM di Indonesia.  

"Kami menyambut baik rencana kerjasama bersama dengan BNN ini terkait pembinaan narkoba untuk generasi muda," ujar Menpora RI, Selasa (28/7) sore.  

Menurutnya, narkoba, korupsi, dan teroris adalah hal-hal pengetahuan yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak muda. Kemenpora nantinya juga akan mengajak kementerian/lembaga lainnya yang terkait termasuk di daerah-daerah untuk cepat mensosialisasikannya.   

"Saya kira kita harus cepat bergerak terkait narkoba jenis baru NPS ini (New Psychoactive Substances). Saya kaget karena sekarang ini yang terpapar narkoba bukan lagi anak-anak SMP/SMA, tetapi sudah menjamah hingga ke anak-anak TK dan SD," kata Menpora didampingi Sesmenpora Gatot S Dewa Broto, Deputi Pemberdayaan Pemuda Faisal Abdullah dan Asdep Peningkatan Wawasan Pemuda Arifin Majid.  

Kemenpora sebagai kementerian yang membidangi kepemudaan akan segera cepat bergerak dengan solid bersama dengan BNN, BNPT dan KPK dan instansi lainnya agar NPS ini tidak dibiarkan berlarut-larut terlebih modifikasi dan inovasi dari bentuk dan jenisnya semakin cepat berkembang. "Secara teknis akan kita siapkan dengan matang," kata Menpora RI.  

Sebelumnya, Kepala BNN Heru Winarko menyampaikan beberapa isu kepada Menpora RI terkait narkoba dan generasi muda, diantaranya tingkat kepaparan narkoba kepada generasi muda yang cukup signifikan dan kebanyakan mereka terpapar bukan hanya dari narkoba jenis ganja atau sabu-sabu tetapi narkoba jenis baru yakni NPS (New Psychoactive Substances). 

Menurutnya, NPS ini memiliki target lebih luas dan tidak lagi anak-anak SMP atau SMA tetapi mencakup anak-anak usia dini yakni anak TK dan SD. "Yang lebih memprihatinkan NPS ini murah pak dari pabriknya Rp 10.000 dapat 3 butir jadi anak-anak bisa beli dan produksinya satu jam 40 ribu butir dan targetnya anak-anak muda dan ini banyak yang tidak tahu," ujar Heru.  

Sekitar 3,8 juta pengguna narkoba di Indonesia (2016), 2,1 jutanya adalah anak muda atau lebih dari 40%nya adalah direntang umur 8 hingga 15 tahun dan saat ini targetnya adalah anak-anak SD. "Jadi pembinaan tentang narkoba selama ini yakni anak-anak SMP atau SMA itu salah pak harusnya ditingkatkan menjangkau ke SD dan anak-anak TK," ujarnya.  

"Kami bersedia bekerjasama dengan Kemenpora, nantinya Dispora yang ada di provinsi bisa kita kerjasamakan dengan kebijakan Bapak karena saat ini kita fokus ke anak muda dan generasi muda agar bonus demografi tahun 2045 ini bisa kita selamatkan bersama, dan anggaran yang terbatas ini bisa lebih efektif," tambah Heru.  

Sebagai info di seluruh Indonesia ada 654 daerah rawan narkoba, 118 titiknya berada di Jakarta dan rata-rata pengedarannya adalah ibu-ibu. Narkoba jenis baru/NPS selalu berkembang dengan cepat. Di Indonesia ada 78 narkoba jenis baru yang masuk kategori barang yang dilarang. Di seluruh dunia ada sekitar 950 new NPS/narkotika jenis baru yang kemungkinan besar akan masuk ke Indonesia.   

"Daerah paling rawan masuknya narkoba di Indonesia saat ini berada di Bandara Sumatera Utara, daerah lainnya yakni perbatasan laut kita dengan Malaysia dan Singapura ada sekitar 118 titik," tambah Kapuslitdati BNN Agus Irianto.(p/ab)